Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Seorang Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Potret Kondisi Pendidikan di Daerah Terpencil

9 Februari 2024   17:02 Diperbarui: 17 Februari 2024   19:51 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Kristian Betteng ketika mengajar di kelas pada salah satu sekolah terpencil di Tana Toraja. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 

Daerah 3T atau yang lebih populer disebut daerah terpencil tidak hanya terpencil karena jauh dari perkotaan dan modernisasi. Daerah terpencil juga merasakan keterpencilan di bidang pendidikan. 

Seperti yang nampak di salah satu sekolah terpencil yang ada di Lembang (desa) Puangbembe Mesakada, Kecamatan Simbuang, Kabupaten Tana Toraja. UPT SMPN Satap 2 Simbuang, sekolah yang berdiri di antara kearifan lokal warga setempat. 

Salah satu kearifan lokal yang menghiasi keberadaan sarana pendidikan adalah masih terpeliharanya tradisi melepasliarkan ternak kerbau dan kuda. Sehingga, lokasi sekolah dan bangunan ruang kelas juga turut menjadi tempat bermain dan tempat mencari rumput bagi ternak liar. 

Tantangan besar sekolah ini adalah lingkungan sekolah yang tidak memiliki pagar. Ternak liar seperti kerbau dan kuda bisa dengan bebas berkeliaran di sekitar sekolah untuk mencari makan. 

Kurikulum Merdeka yang telah dijalankan selama hampir setahun di sekolah ini pun mendapatkan dampak. Projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) yang telah dijalankan siswa berupa penanaman pohon di sekitar lingkungan sekolah pun banyak yang mati terinjak ternak liar. Tanaman yang ada di halaman sekolah sedikit aman karena telah diberi pagar kayu dan bambu seadanya. Pagar yang ala kadarnya pun mudah diterobos kelompok ternak liar. 

Lahan kegiatan P5 siswa dipagar ala kadarnya agar tidak dirusak kerbau liar. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 
Lahan kegiatan P5 siswa dipagar ala kadarnya agar tidak dirusak kerbau liar. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 

Kotoran kerbau nampak di berbagai sudut halaman dan sisi ruang kelas. Meskipun kondisi ini mengganggu pemandangan dan kenyamanan ketika melangkah, tetapi para guru dan siswa terlihat nyaman dengan kondisi yang ada. Mereka asik saja bermain bola voli dan takraw di halaman sekolah. 

Kerbau liar memang memiliki sifat liar. Hingga emper sekolah pun kena dampaknya etika kerbau liar meninggalkan kotoran warna oekat di lantai keramik sekolah.

Berbicara fasilitas di dalam ruang kelas, banyak peralatan pokok untuk pembelajaran yang sebenarnya sudah tidak layak pakai. Papan tulis yang terbuat dari tripleks rata-rata sudah berlobang. Bahkan ada yang hanya bisa digunakan menulis sepotong saja. Lalu, papan tulis pun hanya disandarkan di dinding dengan pijakan meja bekas. 

Kursi dan meja siswa pun demikian. Sudah ada beberapa yang kaki kursinya patah, termasuk meja sehingga sudah tak layak untuk siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun