Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

SMS Itu Berulang Berbalik

29 November 2016   12:31 Diperbarui: 29 November 2016   12:35 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: http://goldspotjobs.com/

Hmmm. Lima belas tahun lalu. Satu pesan singkat masuk ke dalam telepon genggam milik Bain. SMS itu menjadi senjata mematikan bagi Bain. Mematikan secara sosial dan ekonomi. Pasalnya, istri Bain, Bonita berbagi cerita dengan seluruh teman sejawat Bain kalau Bain adalah lelaki brengsek. Bonita pun berbagi cerita kebrengsekan Bain dengan teman-temannya mulai dari SD hingga kuliah.

Bain pun terpukul. Hampir lima tahun Bain berkelana dari satu kota ke kota lain, hanya untuk membuat DNA baru kehidupan sosial dan ekonomi.

Tak ada niatan Bain untuk melawan. Bain hanya menghindar dan menghindar. Hingga dua tahun terakhir, Bain mendapat info sekilas mengenai Bonita yang dekat dengan beberapa lelaki lain. “Ah, itu hanya isu,” ujar Bain ketika dikonfirmasi oleh temannya.

“Biarkanlah. Lohkan hanya berteman. Aku tak mau ambil pusing. Cukuplah aku yang berkelana untuk membangun DNA baru?” kata Bain.

Bain pun cuek dengan Bonita. Bain hanya ingin melihat respon Bonita. Respon memagar diri atau membuka diri.

Bain mengakui tak membantu satu sen pun ekonomi keluarga. Untuk hidup sendiri saja Bain harus berkejaran dengan lapar perut. Terkadang ketika ditelpon oleh dua anaknya agar mengirimi uang pun dikirimi seadanya. Apalagi kalau sudah minta uang SPP, Bain cuma bisa doa yang kenceng.

Dasar Bain. Ada saja rezekinya dalam setiap SPP. Selalu lolos. Walau demikian, Bain dengan jujur mengaku tak satu sen pun membantu keluarga ketika Bonita sudah menekannya soal ekonomi keluarga.

“Kau tak pernah mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga,” ungkap Bonita. “Betul. Tak satu sen pun aku membantu keluarga ini,” kata Bain.

Alam memang terkadang mencari keseimbangan dengan caranya sendiri. Tidak ada yang bisa melawan alam. Tidak ada yang bisa melawan tangan-tangan tersembunyi dalam kehidupan ini. Semuanya seakan-akan teratur tetapi semuanya sebenarnya ada yang mengatur yaitu yang maha mengatur.

Pesan singkat itu ternyata masuk di telepon genggam Bonita. Sebuah kecerobohan perilaku, membuka diri. Bain pun cuma bisa jungkir balik dan tertawa ngakak setiap meninggalkan satu kota ke kota lainnya. Apakah Bain akan membalas bercerita kepada delapan penjuru angin? Sepertinya tidak, bagi Bain sudah cukup. Alam sudah mencapai keseimbangannya.

Bain ingat pesan si Mbah e untuk tidak berlebihan dalam menjalani hidup. “Lebih baik mengalah. Lebih baik maaf memaafkan. Kembalikan semuanya pada Allah. Dia tidak tidur. Dia tak suka dengan orang yang berlebihan apalagi sombong,” begitu kata si Mbah e, waktu Bain masih suka mengejar kucing eh maaf Pak Jati, maksudnya kambing. Maksudnya kambing dan tidak ada hubungannya dengan kucing Pak Jati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun