Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akta Cerai

4 September 2023   09:48 Diperbarui: 4 September 2023   09:50 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Gedung itu bagi sebagian orang merupakan solusi untuk mendapatkan jalan hidup kedua. Namun, gedung itu bagi sebagian orang lagi merupakan jalan untuk melepas dendam kesumat. Begitulah hidup, ada hitam, ada putih, bahkan ada abu-abu.
Di sekitar gedung banyak tempat makan yang melegenda. Ada Bakso Lek Po. Turun sedikit ada es kacang Puskesmas. Ada juga gado-gado dan mie ayam.

Di depan gedung, hanya tinggal menyebrang ada travel ke Palembang yang jadwal keberangkatannya dari pagi hingga malam hari. Jadi bagi yang masih kesal, gundah dan dendam bisa melaju ke Palembang untuk sedikit melepas rasa, menghibur diri.

Seorang perempuan tampak berjalan agak "goyang" keluar dari gedung dan berjalan menuju gerbang. Sambil menelpon sepertinya perempuan itu akan menyebrang jalan. Lalulintas lagi padat.

Aku yang sedang menikmati bakso dan menatap gedung tempat perempuan itu keluar agak sedikit tersentak pikiran, jiwa serta tubuhku. "Lek, mari berdoa agar kita tidak menjadi saksi kecelakaan". 

Lek Po, yang ternyata memiliki pandangan yang sama lantas berujar, "kalau bisa dicegah kenapa dibiarkan," ujar Lek Po.

Jalan depan Lek Po jualan memang sering terjadi kecelakaan. Pedagang di sekitaran gedung sering menjadi saksi orang di tabrak, serempetan antar kendaraan, adu kambing motor sama motor, mobil sama mobil. Jalan depan gedung yang didominasi warna hijau itu tikungan dan turunan. "Jalan itu butuh korban setiap tahunnya," kata pedagang es cincau. 

Kasatlantas, Asuransi Jasa Raharja, Kasamsat, Dishub kabupaten sudah memasang rambu-rambu baik dari sisi kanan dan kiri jalan, tanjakan dan turunan di lokasi, tetapi kecelakaan masih terjadi.

Aku pun bergegas keluar warung Lek Po. Dari sebrang jalan, aku teriak, "Hati-hati. Jangan nelpon dulu". Orang-orang dari sebrang pun lalu berteriak-teriak. Bertepuk tangan mengingatkan perempuan yang sedang menelpon.

Anehnya, mereka yang berdekatan dengan perempuan yang akan menyebrang tidak aware dengan kami-kami yang ada di sebrang. Begitupun dengan mobil dan motor yang lalu lalang satu jalur dengan perempuan seakan acuh dengan kecemasan kami.

Aku pun nekat meminta jalan untuk menyebrang. Ketika sudah di tengah jalan. Aku kembali berteriak "Hati-hati. Jangan nelpon dulu". Si perempuan matanya nanar. Ketika ada kesempatan menyebrang dan ada motor yang melaju agak cepat dan mobil sudah melambat, motor dari kiri mobil, tetap melaju. 

Perempuan sudah melangkah. Dan satu lompatan, dorongan serta tangkapan dan putaran dipundaknya, layak film Netflix, si ibu lolos dari sambaran pemotor. Slow motion 4K 60 fps.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun