Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Demokrasi: Covid-19 Hanya Untukmu Bukan Untukku

14 Mei 2021   12:44 Diperbarui: 14 Mei 2021   12:50 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Screen Shot Youtube Ganjar Pranowo

Jebol sekat pengamanan mudik 2021. "Luar biasa". Begitulah dua kata yang terlontar dari seorang dokter spesialis ketika sedang menikmati kudapan malam sambil membaca media online.

Bersiaplah untuk kemungkinan terburuk Tsunami Covid 19. Jangan saling menyalahkan. Jangan menyalahkan pemerintah. Jangan menyalahkan polisi, TNI dan Satpo PP yang sudah berpeluh menjaga sekat dan harus sabar tingkat dewa. Jangan menyalahkan provokator dan social justice warrior mudik. Jangan pula menyalahkan pemudik.

Inilah demokrasi. Walau demokrasi tentunya jangan menjadi provokator untuk tidak memakai masker, tidak menjaga jarak, tidak cuci tangan. Apalagi sampai dengan bangga memamerkan diri sambil menggendong anak tidak bermasker dan menyebut orang bermasker sebagai orang t****. Ini jelas bukan demokrasi. Ini mau menangnya sendiri. Negara demokrasi juga punya rule of law yang harus ditegakkan.

Andai. Seandainya demokrasi pemudik menjadi hak untuk ditegakkan sebenarnya tidak masalah. Akan tetapi, hak itu untuk dinikmati oleh pemudik sendiri. Menjadi tidak demokratis bahkan melanggar hak orang lain ketika pemudik ternyata merengut kesehatan atau nyawa orang tua, suami/istri, anak bahkan orang lain dengan penularan Covid 19.

Miris teriris hati kalau sampai mereka tertular Covid 19. Dirawat dan ternyata meninggal dunia. Tragis. Maksud hati ingin bahagia kumpul keluarga malah duka nestapa mendera.

Mari bersiap menikmati varian baru Covid 19 B.1.617 dari India yang cepat sekali penyebarannya alias menularnya. Varian ini sudah ditemukan di kota-kota besar di Indonesia. Mari menikmati super spreader. Mari menikmati orang tanpa gejala.

Para pemudik sudah tahu resikonya. Orang tua, suami atau istri serta sanak yang dituju untuk mudik juga sudah tahu resiko pemudik. Anak balita jelas tidak tahu. Bagi mereka tahunya ayah atau ibu pulang untuk lebaran. Kalau anak remaja atau yang sudah kuliahan tidak tahu larangan mudik, kebangetan.

Adakah pemudik gentar atau terketuk nuraninya karena ada sekitar 4000 an sesama pemudik yang positif Covid 19. Mereka merupakan sampel acak dari 6000 lebih pemudik. Entahlah. Adakah keluarga pemudik yang didatangi melapor ke RT/RW/Kadus/Kades setempat agar mereka dikarantina atau karantina mandiri. Entahlah.

Data 4000-an pemudik positif dari sampel acak 6000 lebih berasal dari Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) Airlangga Hartarto. Pengumpulan sampel dilakukan oleh kepolisian terhadap masyarakat yang mudik selama masa larangan mudik (1).

Jumlah kasus Covid 19 di Indonesia per 12 Mei mencapai 1.728.204. Dalam 24 jam terakhir terdapat penambahan 4.608 positif Covid 19. Ada 95.709 kasus aktif Covid 19 yang sedang menjalani perawatan (2).

Angka ini pasti ada yang meragukan. Ragu tidak percaya dengan Covid 19 dan ada yang ragu kalau datanya sebenarnya lebih banyak lagi. Bagi yang tidak percaya Covid 19 atau menyangkal adanya Covid, ya sudahlah. Mau diapakan lagi. Bukti di depan mata baik melalui pemberitaan di Indonesia maupun di luar negeri berseliweran melalui media online ataupun media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun