Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fetish: antara Kamu dan Aku

1 Agustus 2020   19:11 Diperbarui: 1 Agustus 2020   19:21 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tato di Kaki I Foto: OtnasusidE

Sebuah hotel bintang lima di kawasan Gatot Subroto menjelang subuh. Dan selalu,  perempuan yang kalau panjang rambutnya ngikal, menghabiskan dini hari untuk menyelesaikan presentasinya hingga ke subuh.

Si perempuan sudah terbiasa menyelesaikan segala sesuatu dalam tekanan. Semakin ditantang semakin menggila kerjanya. Dia memilih untuk tidak ngantor.

Kantor baginya bisa di mana saja dan kapan saja. Bisa ditelepon 24 jam jika menyangkut nyawa pasien.

Senangnya memakai notebook lawas. Kenangannya itu bikin memicu adrenalin. Membuat otak semakin gahar memerintahkan jemari untuk menari di tuts keyboard notebook.

Dalam banyak kesempatan, si perempuan jika presentasi di luar kota, selalu teriak jauh hari minta ditemani oleh lakinya. Di dalam kota kalau even besar malah lebih manja lagi bukan manjakani. Dalam banyak kasus kehadiran lelaki yang kerja serabutan itu  menenangkan si perempuan dalam banyak hal.

Urusan teknis presentasi, menyambungkan notebook lawas ke proyektor terbaru membutuhkan kesabaran dan juga ketelitian. Paling tidak ada beberapa converter yang selalu dibawa untuk mengantisipasi. Satu jam sebelum acara dimulai notebook lawas harus dibawa ke ruang presentasi untuk memastikan semua all is well (Film 3 Idiots).

Sehari sebelum keberangkatan, si lelaki sudah mengingatkan untuk membawa buste hounder lebih. Tapi sudahlah, terkadang hal-hal kecil yang diingatkan oleh si lelaki terkadang dilupakan, diabaikan oleh perempuan yang kadang memotong rambutnya sependek ala Demi Moore. Menginap cuma satu malam di dalam kota lagi.

Usai sarapan, di restoran, sang lelaki memeriksa ruangan untuk memastikan notebook lawas nyambung dengan proyektor. Kalau ada yang bilang, tinggal salin ke USB pakai notebook panitia, sudah pernah beberapa kali dicoba, hasilnya ada animasi ataupun gambar yang tidak sempurna. Itu mengganggu, merusak mood penyampaian materi.

Akhirnya diputuskan selalu membawa lelaki sekaligus pembantu pasang setel notebook ke proyektor. Ketika lelaki ngurusi notebook ke proyektor, si perempuan naik ke kamar untuk mandi dan berias rias untuk presentasi.

Mohon maaf, biasanya si lelaki naik keinginan seksualitasnya pada si perempuan yang semalam dipandangi lagi kerja. Apalagi melihat perempuan yang sudah mandi dan berias rias. Bercinta. Mendesak mendesah. Memburu dan brutal itu pasti.

Dasar otak si lelaki dan diputuslah tuh buste hounder. Tidak sadar apa yang terjadi karena semua berburu kenikmatan dan menikmati. Baru sadar setelah mandi lagi dan mo pasang lagi tuh buste hounder.

Sedikit misuh, si perempuan. Cuma ngakak saja ketika disampaikan untuk memilih, memakai buste hounder kemarin atau tidak pakai buste hounder. Pilihan akhirnya tidak memakai buste hounder karena kebetulan atasan batik yang dipakai agak tertutup sehingga tidak menyeruak belahan dada.
Pulang ke rumah usai presentasi, mulai dari lift sampai ke parkiran, si lelaki menggoda. Di mobil pun saling menggoda hingga eksekusi di rumah.
***
"Bungkus" sebuah kata yang dalam seminggu ini diasosiasikan dengan fetish. Perdebatan pasti akan terjadi dengan definisi fetish. Ah, sudahlah, William Pietz (1985) mengupas tuntas fetish dalam The problem of the fetish: I dan II . Silahkan diubek-ubek, dua tulisan tersebut agar membuka wawasan mengenai fetish.

Lalu cerita di atas ngapain, manjangi-manjangi tulisan! Bukan manjangin tali kelambu. Ups. Tulisan panjang dan lebar serta keliling itu sebagai pembuka kalau fetish itu alamiah kok.

Si lelaki itu ternyata fetish dengan hentakan dan suara koyaknya bagian depan buste hounder. Si lelaki itu juga menyukai buste hounder sport yang modelnya baru muncul setelah ditunggu tiga bulan oleh si perempuan.

Lalu apakah hanya si lelaki saja yang fetish. Wak wak wak ternyata si perempuan fetish dengan betis dan paha si lelaki yang ada rambut tipis alias bulu. Apalagi kalau si lelaki bekerja memakai celana pendek.

Apa salah? Tidaklah. Itu normal. Fetish itu sudah masuk ke dunia pemasaran dan juga fashion serta dunia kerja. Segmentasinya jelas. Berselancarlah di dunia maya akademis maka fetish bertaburan dengan berbagai macam perspektif.

Pernah baca iklan lowongan kerja, yang salah satu syaratnya berwajah menarik dan potongan tubuh setelah diukur tinggi dan lebar proposional kan. Nah itu fetish.

Atau ada yang suka tato. Ah kalau itu, ada kupu-kupu di betis. Atau ada yang suka pakai daster atau disuruh pakai daster?

Apakah fetish menyimpang? Misalnya dengan fetish jarik, mencuri pakaian dalam hingga ribuan seperti di Kalteng. Duh, kalau sampai mencuri jadi pidana dong. Kalau sampai memaksa ataupun menipu untuk penelitian ilmiah padahal untuk mencari kepuasan diri dan ada unsur paksaannya maka silahkan diproses apakah sudah memenuhi persyaratan pidana atau belum.

Tertariklah dengan pasanganmu dan ber-fetish rialah (usai kawin resmi ya). Jadikanlah pasanganmu dan kamu itu sama-sama mengeksplorasi kenikmatan. Bukan menyakitinya. Have fun.

Salam Kompal

Dok.Kompal
Dok.Kompal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun