Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Di balik Teror Sperma

20 November 2019   13:38 Diperbarui: 20 November 2019   17:39 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://worldwideorganizationforwomen.org

Teman perempuanku yang sedang sarapan pagi di sebuah kota, tersedak dan misuh-misuh ketika kukirimkan link berita. Link berita yang bikin gemes itu menyakitkan bagi sebagian lelaki khususnya yang menjaga dirinya agar tu bahan yang keluar tidak diecer ke mana-mana. Bagi sebagian lelaki lain sutralah mau diecer di lampu merah, kaki lima ataupun di lorong gelap apalagi kalau diecer di dunia gemerlap berkasur pegas.

Ngono yo ngono ning ojo ngono. Begitulah pesan teman perempuanku. Link berita yang bikin teman sedikit emosi mengenai tindakan seorang lelaki yang menyiramkan/melemparkan sperma kepada kaum perempuan.

Akupun jadi mikir dengan teman perempuanku yang kini sedang melintas benua. Dia dikenal sebagai perempuan dengan pemikiran yang sangat terbuka.

Waktu masih gadis, malah tomboy, sering melakukan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi. Walah dalah ternyata tindakan pelecehan pada perempuan itu dia benci banget. Jadi mesti dibedakan.

Setelah tidak gadis lagi tapi masih tomboy malah belajar membersihkan dan menghitung sel sperma yang gahar. Punyaku pun pernah dihitungnya. Untuk belajar kilahnya waktu itu. Istriku tak tahu kalau spermaku pernah dihitung tingkat kesuburannya.

Satu waktu ketahuan dan dia marah besar. "Nggak perlu dihitung sudah terbukti menghasilkan anak." Sperma yang kuberikan pada temanku untuk belajar saja bukan untuk buat anak. Kalau untuk istri kan untuk buat anak dan senang-senang. Prokreasi dan rekreasi.

Nah, aku tak tahu sperma yang dilemparkan oleh oknum lelaki itu untuk apa aku tak tahu. Kalau untuk buat anak jauh. Kalau untuk buat senang-senang yaaa seperempat maksimal nggak penuh tarikan gasnya. Sungguh.

Istriku yang kukirimkan link berita pun terkejut. Reaksinya. "Apa sudah gila tuh orang. Lah, kalau spermanya membawa bibit penyakit piye jal."

Nih, orang sudah menyimpang perilaku seksualnya. Ataukah mau balas dendam? Kalau menyimpang mbok yo jangan ditunjukkan. Diam seribu bahasa. Jangan ajak-ajak orang! Nikmatilah kepenyimpanganmu itu, hanya untuk dirimu.

Sumber rahasiaku bilang orgasme yang sehat dalam hitungan detik semua mati alias nggak sadar dan dalam hitungan detik pula semua kembali dengan tubuh seringan kapas, semua bagian tubuh menjadi sensitif.

Lalu apakah lelaki pembuang sperma akan mengalaminya? Tentu tidak karena langsung tancap gas. Takut dan malu. Lelaki itu tak bisa menikmati titik puncaknya. Dia langsung lari meninggalkan lokasi yang memang bukan pada tempatnya. Dia tidak membahagiakan orang tetapi malah membuat orang lain marah dan benci bahkan trauma dengan perilakunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun