Apa yang ada dipikiran seseorang kalau istrinya/suaminya, tunangannya, pacarnya memberikan kesempatan pada suaminya/istrinya, tunangannya, pacarnya untuk sarapan pagi atau makan siang atau makan malam dengan orang lain? Kesempatan langka itu.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah istrinya/suaminya, tunangannya, pacarnya sudah tidak sayang lagi atau cinta lagi pada suaminya/istrinya, tunangannya, pacarnya? Kenapa ada pertanyaan ini, karena kok teganya, beraninya memberikan kesempatan pada orang yang disayangi, dicintai untuk sarapan pagi, makan siang ataupun makan malam dengan orang lain.
Ingat, syaratnya itu bukan sarapan pagi, makan siang, makan malam rame-rame tetapi berdua dalam sebuah pertemuan yang resmi. Syaratnya lagi, itu bisa perempuan ataupun lelaki. Â Nah loh. Â Adakah Kompasianer ataupun pembaca Kompasiana yang berani melakukan, memberikan kesempatan pada pasangannya untuk melakukan itu.
Sekali lagi ingat. Para Kompasianer dan pembaca Kompasiana, ada sebuah pernyataan, kita tidak tahu apa yang bisa diperbuat oleh suami/istri, tunangan, pacar di belakang kita? Di depan kita, dia baik-baik saja. Di belakang, kita tak tahu apa yang dia bisa lakukan.
Bisa saja di depan kita dia  chat dengan orang lain atau lebih dekat dengan orang lain dibandingkan dengan orang yang ada di hadapannya ataupun di sampingnya. Bahkan ada orang yang bisa berteleponan di depan pasangannya karena ternyata si orang ini lupa memberitahu kalau sekarang dia dengan pasangan sahnya.  Wak wak wak.
Pengalaman yang sangat berharga itu didapat oleh seorang lelaki. Si lelaki itu sudah mendapatkan lampu hijau dari si perempuan untuk sarapan pagi dengan perempuan lain. Si perempuan yang memberikan lampu hijau ini sungguh kuat dalam arti yang sesungguhnya.
Paginya, si lelaki pun dijemput oleh si perempuan lain. Dandanan si perempuan yang menjemputnya untuk sarapan pagi bareng ini sudah pasti akan membuat leher lelaki tercekat.
Memakai  one  piece.  Batas ujung kainnya hanya sekilan dari pangkal paha. Dada munjung. Leher jenjang. Tubuh terbalut pas. Wanginya lembut. Singkatnya seksi.
Kakinya ketika menginjak gas dan rem tentu saja akan menarik ujung kain. Nah, silahkan membayangkannya.
Sarapan pagi berjalan lancar. Tidak ada pembicaraan yang spesifik mengarah-ngarah. Walah ada satu dua yang bisa diarahkan tetapi tak berbalas.
Persetujuan kerjasama pun akhirnya selesai. Kedua belah pihak menandatangani kerjasama.