Mohon tunggu...
OtnasusidE
OtnasusidE Mohon Tunggu... Petani - Petani

Menyenangi Politik, Kebijakan Publik dan Kesehatan Masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Temui Aku!

11 November 2017   14:18 Diperbarui: 11 November 2017   18:01 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kamu memecahkan telur saja sampai jemarimu membentuk hati I Foto OtnasusidE

Bila kamu di sisiku...hati rasa syahdu
Satu hari tak bertemu...hati rasa rindu

Terimalah oh sayangku cinta pertama ini
Kini bahagia hatiku
Karena selalu bersamamu

Ku yakin ini semua
Perasaan cinta
Tetapi hatiku malu
Untuk mengatakannya".

Pagi itu lagu dangdut Rhoma Irama yang berjudul Syahdu menggelegar membangunkan para mahasiswa yang kos di kawasan pinggiran Sungai Sahang.

Santi begitu nama, tetangga yang gemar memutar lagu dangdut dengan suara sangat keras dari radio kasetnya. Bagi yang tadi malam tidur di atas pukul 02.00 dini hari karena mengetik tugas sudah pasti akan segera mengambil bantal untuk menutup gendang telinga. Bagi yang harus kuliah pagi, Santi dengan lagunya menjadi tanda untuk segera ke kamar mandi.

Santi bagi kami, anak kos menjadi semacam oase kalau uang habis.  Bagi Mul, Gung dan Ren, mereka akan mengeluarkan jurus kegantengan dan memelas, plus sedikit rayuan mereka agar bisa lolos berhutang.  Santi memang punya catatan hutang khusus bagi kami, para bujang asoy *), yang tidak dicampur dengan catatan ibu warung. Kalau kata Eka, kami ini adalah raja buntu.

Santi adalah keponakan ibu warung yang diberi kepercayaan penuh untuk mengendalikan warung makan di tengah-tengah mahasiswa yang sebagian besar raja buntu sepanjangan. Suatu istilah yang dilekatkan Eka pada kami yang selalu telat mendapat kiriman wesel. Selain telat juga pas-pas-an. Kalau ada keperluan lain ya bagaimana caranya mesti pas.

Pagi ini, lagu Syahdu, Rhoma Irama, terasa lebih syahdu.  Bahkan aku yang mendengar sayup-sayup dari kamar mandi pun bersenandung. Ah... serasa lagu itu memang diciptakan oleh raja dangdut  hanya untukku.  

“Hoi yang lagi jatuh cinta. Mandinyo cepet. Gantian. Jangan ngabisi sabun. Masih seminggu lagi kiriman kau tu sampe,” teriak Gung.

Teriakan Gung tak kuhiraukan. Akupun tetap bersenandung. Air dingin dari bak mandi aku siramkan ke kepala. Aku sejuk eh yang diluar kamar mandi makin sewot dengan berteriak kalau dirinya harus kuliah pagi dengan dosen killer yang tak mentolerir keterlambatan.

Walau ada 5 kamar mandi di bedeng kos itu dan tiga wc terpisah tetapi entah mengapa kamar mandi tengah yang sekarang menjadi tempatku mandi menjadi tempat favorit anak kos sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun