Mohon tunggu...
Ananto W
Ananto W Mohon Tunggu... Administrasi - saya orang tua biasa yang pingin tahu, pingin bahagia (hihiHI)

pernah bekerja di sektor keuangan, ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kartini adalah Tokoh Dunia

21 April 2018   07:00 Diperbarui: 21 April 2018   08:08 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kartini mendapatkan inspirasi dari banyak buku

Selama dipingit yang membosankan itu, kenikmatan terbesar diperoleh dari membaca buku. Kakeknya termasuk seorang yang berpikiran maju dengan menyekolahkan cucunya di sekolah Belanda dan kemudian memanggil guru ke rumah. 

Ayahnya bangga dengan kepandaiannya sehingga memberikan bacaan koran locomotif dari semarang, majalah dan buku-buku dalam bahasa Belanda. Tidak hanya itu, kakaknya Kartono dan ayahnya seringkali membimbing dia ketika menemukan bagian yang sulit dipahami, Kartono adalah kaka favorit bagi Kartini. Dalam pergaulan Kartini bisa menulis dan berbicara bahasa Belanda. Kartini juga membaca buku Max Havelaar karangan Multatuli.

Kartini mendapat Sahabat yang tepat

Sahabat Kartini di sekolah adalah Belanda kecil, Letsy, anak dari kepala sekolah. Pertanyaan dari Letsy, "Mau menjadi apa kamu setelah besar?" membingungkan dan juga menarik hatinya. Salah seorang abangnya dikisahkan, yang mendengar pertanyaan itu menyela "menjadi Raden Ajeng, tentu saja."

Stella Zehandeelar, seorang Sosial Demokrat, salah seorang teman pena Kartini menjadi curahan hati. Stella mempengaruhi Kartini muda dengan pemikiran maju Eropa masa itu. Dalam salah satu suratnya Kartini mengatakan apakah engkau tahu bagaimana rasanya bila seseorang sangat menginginkan sesuatu tetapi tidak berdaya. Bila ayahnya bisa, Kartini yakin ia dan adik-adiknya sudah dikirimkan ke Belanda yang jauh dan dingin itu.

Pada surat lainnya, Kartini menyatakan betapa ia sangat menyintai Stella sehingga tidak tahu apa jadinya bila mereka dipisahkan. Korespondensi mereka berlangsung selama 1899 -1904. Setelah Kartini meninggal dr Abendanon menghimpun surat-surat itu dan menerbitkan dalam sebuah buku.

Marie Ovink-Soer disebutkan sebagai salah satu istri, mengajari puteri-puteri bangsawan itu menjahit dan membacakan cerita-cerita dalam bahasa Belanda memberikan perngaruh kepada mereka.

Orangtua Kartini memberi kebebasan

Sepertinya kita di jaman sekarang memandang orangtua Kartini itu feodal dan merugikan bagi perkembangan masa depan anak-anaknya. Kemudian ternyata bahwa pendapat itu tidak tepat. Mungkin lebih tepat bila dikatakan bahwa mereka adalah korban adat istiadat masa itu. Mereka korban jaman.

Kartini dilahirkan 21 April 1879, sebagai anak Raden Mas Adipati Sosroningrat, Bupati Jepara. Kakeknya, Bupati Demak, Pangeran Ario Tjondronegoro adalah orang yang maju dengan memberikan pendidikan Eropa kepada seluruh anak lelakinya. Kartini menggambarkan kakeknya sebagai --"bupati kelas menengah pertama di Jawa yang membuka pintunya untuk tamu dari negeri seberang lautan -- kebudayaan Barat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun