Sejak awal berdirinya, desa ini terkenal kaya akan cerita yang diwariskan turun-temurun. Di wilayah Jebogo, masyarakat masih mengenal sosok Santri Gudik, tokoh yang dipercaya sebagai perintis Islam. Nama Ki Gede Jebog Arum pun tak pernah lepas dari ingatan warga sebagai salah satu leluhur desa. Sementara itu, di Sumurwatu terdapat mata air Belek yang hingga kini diyakini memiliki nilai sakral. Bagi masyarakat luar, kisah-kisah ini mungkin terdengar seperti mitos, tetapi bagi warga desa, legenda adalah bagian dari jati diri mereka.
Selain kaya akan legenda, Sumur Jomblangbogo juga memiliki tradisi seni dan ritual yang pernah mewarnai kehidupan masyarakat. Pertunjukan Sintren, misalnya, dahulu menjadi hiburan rakyat hingga tahun 1990-an, ketika seorang pemain dimasukkan ke dalam kurungan lalu keluar dengan riasan khas. Ada juga Belendung, pemanggilan hujan menggunakan boneka batok kelapa yang diiringi doa-doa khusus. Sayangnya, kedua tradisi ini perlahan memudar dan kini hampir punah.
Berbeda dengan Sintren dan Belendung, beberapa tradisi masih bertahan hingga sekarang. Ada Nyadran yang biasanya dilakukan menjelang musim tanam atau bulan Ramadan, tetap dijalankan meski bentuknya lebih sederhana dibanding masa lalu. Intinya tetap sama, yaitu memohon berkah dan hasil panen yang baik. Di sisi lain, warga juga masih menjaga kebiasaan Jumat Bersih dimana setiap hari Jumat, masyarakat bergotong royong membersihkan lingkungan, memperbaiki fasilitas, hingga mempererat kebersamaan antarwarga.
Bagi masyarakat desa, merawat tradisi bukanlah sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga menjaga identitas. "Warisan leluhur akan tetap hidup selama warga mau merawat bersama-sama," ujar Pak Sardian, penjaga Balai Desa ketika ditemui beberapa waktu lalu.
Melalui sejarah, legenda, dan tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi, Desa Sumur Jomblangbogo menjadi pengingat bahwa identitas sebuah desa tidak hanya dibangun dari batas administratif, melainkan juga dari kisah dan nilai kebersamaan yang terus hidup di tengah warganya.
Bersama UNNES GIAT, Membangun Indonesia dari Desa
Penulis: Ainun Jariah, Lutfi Fauzan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI