Mohon tunggu...
Fatimah Ali
Fatimah Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mendambakan perjalanan keliling dunia dengan seekor kucing peliharaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perangai Dalam Bahasa: Ketika Kata-Kata Bermain Dalam Konteks yang Berbeda

17 Oktober 2023   17:09 Diperbarui: 17 Oktober 2023   17:13 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok pribadi edited by canva

Pernahkah Anda merasa bingung ketika orang berbicara tentang sesuatu yang "ada" dalam konteks yang berbeda? Ini sebenarnya hal yang wajar. Konsep bahwa ada banyak jenis "ada" yang berbeda, tetapi semuanya memiliki kerangka pemikiran yang seragam, mirip dengan cara kita mengelompokkan berbagai jenis hewan.

Mari kita pikirkan ini seperti mengelompokkan hewan. Ada kucing, anjing, burung, dan banyak lagi, tetapi kita tahu bahwa semuanya adalah makhluk hidup. Dalam pemikiran tentang "ada," kita juga mengelompokkannya ke dalam beberapa kategori, yaitu "ada" yang harus ada (wajibul wujud) dan "ada" yang bisa ada atau tidak (mumkinul wujud). Mumkinul wujud bisa dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu "ada" substansi (seperti benda fisik) dan "ada" aksidental (seperti warna atau bentuk). Semua konsep ini saling terhubung dalam satu kerangka pemikiran yang lebih besar.

Contoh lainnya adalah ketika kita menyatakan bahwa sesuatu "ada," kita mungkin masih meragukan aspek pentingnya. Misalnya, setelah kita mengatakan bahwa ada pencipta dunia, kita bisa meragukan apakah pencipta itu harus ada atau mungkin hanya ada, atau apakah ia memiliki karakteristik tertentu. Demikian pula, ketika kita menyatakan bahwa manusia memiliki ruh, kita bisa meragukan apakah ruh itu terbuat dari materi atau tidak, atau apakah itu adalah substansi (zat) atau hanya sifat.

Jadi, jika kata "ada" tidak selalu memiliki makna yang sama dalam semua situasi, ini bisa membuat kita bingung. Contoh yang lebih sederhana adalah kata "buah," yang bisa merujuk pada berbagai jenis buah seperti nanas, apel, semangka, dan jeruk. Ini dikenal dengan Univokal. Istilah ini mengacu  pada situasi di mana suatu kata atau konsep memiliki makna yang konsisten atau seragam dalam berbagai konteks.

Terdapat pula, kata "bunga" adalah contoh ketika satu kata memiliki makna yang sangat berbeda, kata "bunga" bisa merujuk pada tumbuhan yang berbunga, atau itu bisa menjadi nama orang tertentu, atau bahkan merujuk pada keuntungan yang didapatkan dari bank.  Ini dikenal dengan Equivokal. Ini adalah istilah yang merujuk pada situasi di mana suatu kata atau konsep digunakan dalam berbagai konteks dengan makna yang sangat berbeda.

Intinya, ide ini mengajarkan kita bahwa kata-kata seperti "ada" dapat memiliki makna yang berbeda dalam berbagai situasi, dan ini adalah hal yang wajar. Jadi, univokal dan equivokal memainkan peran dalam konsep "ada" dengan menunjukkan bahwa dalam berbicara tentang "ada," kita perlu memperhatikan apakah makna kata tersebut tetap konsisten (univokal) atau bervariasi (equivokal) dalam berbagai konteks.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun