Mohon tunggu...
orang baik
orang baik Mohon Tunggu... mahasiswa Hukum di Universitas Jakarta dan seorang pecandu kegilaan

saya muak meilhat orang orang yang merasa dirinya superior, selalu merasa dirinya lebih baik dari orang lain, tidak pernah intropeksi, dan egois. 1 2 3 kesalahan orang terhadapnya akan membuat 1 2 3 kebaikan orang tersebut hilang. pembenci. sadar. orang tidak akan sukses jika masih mempunyai penyakit hati seperti itu.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penipuan Bermodus Polisi dengan Wajah AI : Emak-Emak Jadi Sasaran

8 September 2025   17:14 Diperbarui: 3 Oktober 2025   14:58 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Fenomena penipuan daring kini semakin canggih. Salah satu modus yang belakangan marak adalah penggunaan identitas palsu seorang polisi dengan memanfaatkan teknologi manipulasi wajah berbasis AI. Tidak heran di era ini, semakin majunya teknologi justru banyak disalahgunakan oleh orang-orang jahat untuk kepentingan pribadi. Ada yang mengaku menjadi publik figur seperti Baim Wong, Raffi Ahmad, hingga Atta Halilintar. Namun, pada berita kali ini penulis fokus kepada oknum-oknum yang menyalahgunakan AI dengan menggunakan identitas seorang polisi yang memiliki wajah tampan sebagai bahan visual.


Target mereka jelas: ibu-ibu yang kesepian, khususnya para janda yang sayang pada keluarganya. Terkadang mereka juga menggali informasi perihal akun media sosial anak-anaknya, cucu-cucunya, bahkan tetangganya. Para pelaku mendekati korban dengan cara yang halus—bukan ancaman, melainkan rayuan dan kedekatan emosional. Maka dari itu, mereka memilih janda karena dianggap lebih mudah luluh akibat merasa kesepian dan kurang kasih sayang. Mereka terbiasa menggunakan panggilan akrab seperti “ayah-bunda”, seolah-olah sudah menjadi bagian dari keluarga, sehingga korban merasa tersentuh dan akhirnya percaya.


Contoh Kasus yang Terjadi:
1.Ibu Siti (Jakarta)
Awalnya hanya berkenalan lewat Instagram, lalu si penipu rutin mengirimkan foto dengan seragam polisi dan melakukan panggilan video dengan seragam tersebut. Hubungan mereka semakin akrab, sampai akhirnya si penipu berpura-pura ditahan Propam karena menjalin hubungan pribadi dengan korban. Ibu Siti yang sudah terlanjur percaya, diminta membantu “membayar tebusan” sebesar Rp12 juta. Uang itu ia transfer sedikit demi sedikit hingga habis.


2.Ibu Hana (Pontianak)
Kasus hampir serupa. Pelaku kerap video call sambil memakai wajah polisi yang tampan, membuat seolah-olah ia benar-benar anggota kepolisian. Nyatanya hanya tipuan muslihat dengan bantuan AI. Dengan alasan biaya administrasi pelepasan, korban menyerahkan Rp6 juta. Setelah uang diterima, si penipu masih kerap menghubungi dengan berbagai alasan lain, hingga Ibu Hana kembali menyerahkan Rp10 juta. Setelah keinginannya tercapai, oknum tersebut menghilang dan tidak bisa dihubungi.


3.Ibu Fikoh (Kediri)
Paling parah, korban mengalami kerugian hingga Rp30 juta. Si penipu bahkan menyusun skenario bahwa dirinya berada dalam sel tahanan internal kepolisian. Agar bisa bebas, ia meminta bantuan finansial dengan didukung rekannya yang mengaku sebagai anggota Propam. Ibu Fikoh yang sudah merasa dekat dan percaya akhirnya menuruti permintaan tersebut.


Bagaimana Modusnya Bekerja:


1.Mereka beriming-iming akan menikahi korban dengan janji akan datang ke rumah. Untuk meyakinkan, mereka berpura-pura mengecek alamat korban melalui Google Maps dengan dalih akses kepolisian, padahal orang awam pun bisa melakukannya.


2.Menggunakan identitas polisi. Nama yang dipakai adalah Heru Wibowo, seorang polisi asal Kebumen. Foto-foto asli Pak Heru diambil dan dipoles menggunakan AI agar terlihat lebih halus dan tampan ketika penipu melakukan panggilan video.


3.Manipulasi emosi. Pelaku membangun kedekatan emosional dengan memanggil korban “ayah-bunda” untuk menciptakan ikatan batin. Banyak ibu-ibu yang akhirnya luluh dan terbawa perasaan.


4.Video call palsu. Saat melakukan panggilan video, wajah mereka ditampilkan dengan seragam polisi. Padahal itu bukan nyata, melainkan rekayasa visual berbasis AI.


5.Cerita penahanan fiktif. Mereka membuat skenario bahwa si “polisi” ditahan Propam karena menjalin hubungan dengan korban. Korban lalu diminta mentransfer sejumlah uang sebagai biaya pembebasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun