Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemimpin Surga

8 Agustus 2018   06:02 Diperbarui: 8 Agustus 2018   07:17 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oh tuan, demi Tuhan yang sama-sama kita sembah. Aku merasa tidak sanggup memikul urusan sepenting ini. Ini urusan besar, urusan masyarakat banyak. Aku akan kesulitan membenahi apa yang buruk di pandangan semua kalian. Maka itu aku menyadari memerlu bantuan keseriusan kalian semua. Aku mohon. Demi Tuhan, bantu juga aku jika aku memang berhak naik menanggung beban ini. Apa kalian semua bersedia?" Tanya Malik dengan mata yang setengah berkaca-kaca. Ia sampai tak sanggup melanjutkan. Matanya seperti akan menjadi sungai.

Mendengar itu sontak saja hadirin rapat di balai negeri bergemuruh. Mereka menyadari telah menemukan orang yang tepat untuk mengurusi negeri mereka. 

Perkataan Malik disambut tepuk tangan yang sebagian besar berujung air mata haru. Orang-orang menangis memerhatikan wajah Malik yang teduh. Semua orang sepakat Malik adalah kepala negeri yang baru.

Rapat pun berakhir hingga beberapa waktu setelahnya Malik benar-benar duduk menjadi kepala negeri yang baru. Tapi kali ini tak ada yang berubah, hidupnya tetap semenjana dan tampak berkekurangan meski bertindak sebagai orang nomor satu di negerinya. 

Ia tetap tidak mau meninggalkan gaya hidupnya yang lama. Tak ada perbaikan pada rumahnya, tak ada pakaian baru yang ia beli, tak ada kendaraan mewah yang ia tunggangi. "Aku hanya seorang penjabat, aku bekerja," katanya suatu kali kepada anak dan istrinya.   

Di hari pertama menjabat kepala negeri. Malik sudah meminta digelarnya pertemuan dengan seluruh masyarakat yang turut hadir pada saat dirinya diminta menjadi kepala negeri. 


Ketika semua telah hadir Malik pun naik berdiri di atas hadapan semua hadirin. Itu adalah pertama kalinya ia berbicara kepada banyak orang sebagai pemimpin.

"Kali ini aku yang memanggil kalian semua setelah kemarin kalian yang memanggilku untuk datang ke sini. Apa kalian tahu apa yang ingin aku katakan di sini?" Tanya Malik.

Namun karena tak ada jawaban sehingga ia kembali melanjutkan perkataannya. "Aku hadir di sini hendak mengingatkan kalian akan janji kalian. Akan sumpah kalian. Hari ini setelah bertarung melawan kata hatiku sendiri aku pun berani berdiri di hadapan kalian semua. Kalian berjanji untuk membantuku mengurusi negeri ini. Kalian ingat janji itu. Ini adalah pekerjaan kita semua," Malik menutup pembicaraan lalu terdiam lama hingga rapat kesekian kalinya malam itu berakhir.

                                                                                                                                            * * *

Hari-hari telah berjalan lagi dan Malik tetap sederhana. Istrinya tetap berjualan di pasar. Nyaris tak ada yang berubah. Hanya fisik yang sedikit berbeda. Malik agak kurus dikuras pikiran, rambutnya panjang seperti tak terurus, kulitnya semakin legam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun