Kalimantan pulau yang kaya dengan hutannya dan diakui sebagai salah satu paru-paru dunia akan terancam musnah seiring dengan diletakkannya ibu kota baru di pulau tersebut. Tak bisa dipungkiri dengan menjadi pusat ibu kota maka akan menjadi pusat berkumpul dan target rakyat Indonesia menuju ke sana.
Kalimantan yang semula sepi akan ramai dengan berbagai macam sarana prasarana hingga pusat hiburan. Insfrastruktur akan terus berkembang hingga akhirnya terpaksa menggusur hutan-hutan hijau.
Memang dengan Kalimantan Timur Jadi Ibu Kota, Ada Peningkatan Ekonomi bagi warga, akan tetapi dampak dengan Pembangunan ibu kota baru di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, disebut berpotensi menyebabkan deforestasi hutan Kalimantan.
Perlu dikaji apa alasan pindah ibu kota? kalau alasan bebas bencana adalah alasan yang tak relevan sebab kalimantan setelah menjadi ibu kota dalam waktu 10 tahun tidak menjamin bebas bencana sebab saat itu hutan-hutan hijau sebagai penopang banjir mulai berkurang digusur oleh infrastruktur dan sarana prasarana pemerintahan. Walau ada aturan ketat siapa berani jamin aturan tersebut tidak dilanggar.
Kalau alasan pemerataan ekonomi, justeru kalimantan kaya akan sumber daya alam tinggal buat kebijakan ketat bahwa eksploirasi sumber daya alam tersebut benar-benar untuk rakyat bukan untuk orang tertentu.
Di masa orde lama atau masa Soekarno ibu kota beberapa kali pindah namun alasan kepindahan tersebut akibat agresi penjajah dimana kondisi negara sedang tidak aman. Beda dengan saat ini kondisi negara aman tak ada agresi dari penjajah.
Di saat negara sedang dililit hutang dan di saat Papua bergejolak bisa saya katakan tak ada urgensinya pindah ibu kota. Pindah ibu kota tak seperti pindah kontrakan hanya membawa kasur dan alat dapur namun ada banyak yang dipindah dan ini butuh biaya yang besar.
Sebuah dilema jikalau benar-benar ibu kota pindah ke pulau paru-paru Indonesia ini dengan tidak sengaja lambat laun pemindahan ibu kota ke Kalimantan berperan menghilangkan paru-paru Indonesia dan paru-paru dunia tersebut.
Kalaupun memaksa untuk pindah kepulau paru-paru dunia tersebut mustinya disediakan pulau-pulau baru pengganti pulau Kalimantan sebagai paru-paru Indonesia. Sebuah pertanyaan adakah di NKRI pulau yang layak gantikan Kalimantan sebagai paru-paru Indonesia dan paru-paru dunia ?
Untuk Indonesia ke depan tentu akan berfikir ulang ibu kota pindah ke pulau Kalimantan yang kaya akan hutan hijaunya. Ibarat organ tubuh pindah dari Jakarta yang sakit tidak mengobati sakitnya, malah akan membuat sakit organ tubuh lain yang sehat.
Bukan anti pindah ibu kota sebagai anak bangsa saya coba sayang pada negeri ini, biarkan pulau Kalimantan sebagai paru-paru dunia tetap berfungsi jangan dirusak dengan alibi pemerataan. Padahal banyak cara untuk pemerataan pembangunan tanpa harus merusak keasrian daerah tersebut.
Sebagai anak bangsa saya bukan asal kritik namun sedikit memberikan solusi walau tak dianggap. Pindah ibu kota tak perlu ke Kalimantan sebab lambat laun akan merusak hutan kalimantan yang merupakan paru-paru dunia tersebut tanpa bisa dipungkiri mungkin 10 tahun tak nampak namun kelak anak cucu bangsa yang menerima dampaknya, bukan hil yang mustahal Kalimantan yang asri akan berubah seperti Jakarta padat, macet, dan polusi.
Pemerataan tak musti harus pindah ibu kota, bisa dengan cara menebar kantor departemen yang dibawahi kementrian keseluruh propinsi di Indonesia sesuai potensi dan SDA propinsi tersebut, sehingga para menteri terkait tidak duduk manis di ibu kota Jakarta namun mereka menyebar keseluruh propinsi melihat langsung potensi yang bisa dikelola kementerian tersebut.
Bagimana nasib paru-paru Indonesia dan paru-paru Dunia jika Kalimantan jadi ibu kota, anak cucu bangsa ini yang akan menuai akibat ulah kita saat ini, ingat kawan " Negeri ini bukan untuk diwarisi, namun untuk diwariskan" anak cucu bangsa ini berhak menikmati hijaunya hutan negeri ini seperti yang kita nikmati saat ini.