Sekitar tahun 90-an, di desa kecil Bojonegoro, hidupku diwarnai oleh dua teman setia: kopi dan roti sisir. Kedua sahabat ini tidak hanya memenuhi perutku, tetapi juga membawa kenangan manis masa kecil yang tak terlupakan.Setiap pagi, aroma kopi yang menggoda berasal dari warung kecil di sudut jalan. Saat itu, seakan-akan kopi menjadi sumber kekuatan bagi warga desa. Roti sisir, dengan teksturnya yang unik, selalu setia menemani secangkir kopi. Mereka seperti pasangan yang tak bisa dipisahkan, seperti anak kecil dengan mainan favoritnya.
Pernah suatu hari, roti sisirku hampir jatuh ke dalam cangkir kopi. Itu adalah momen kocak yang membuat warga desa tertawa bersama. Sejak saat itu, kopi dan roti sisir bukan hanya sekadar santapan, tetapi juga pemanis hidup yang mengundang tawa.
Meski zaman telah berubah, rasanya tak pernah pudar. Setiap tegukan kopi dan gigitan roti sisir membawa nostalgia ke masa lalu. Di tengah kesibukan dewasa, aku selalu mencari waktu untuk menikmati kombinasi ajaib ini. Seakan-akan, kopi dan roti sisir menjadi mesin waktu yang membawaku kembali ke kampung halaman.
Sekarang, ketika kota besar memenuhi hidupku, aroma kopi dan kenangan roti sisir tetap membawa ku kembali ke Bojonegoro. Meskipun hidup ini semakin kompleks, sederet cerita lucu dan kebahagiaan simpel yang disajikan oleh kopi dan roti sisir selalu berhasil membuatku tersenyum.
Jadi, jika kau ingin merasakan kebahagiaan sederhana dan melacak jejak kenangan, cukup nikmati secangkir kopi dan roti sisir. Mereka bukan hanya sekadar minuman dan makanan, tetapi juga penyelamat kenangan manis masa kecil di desa Bojonegoro.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI