5. Halusinasi Sentuhan, misalnya merasa seolah disentuh atau digelitik padahal tidak ada orang lain di sekitarnya
Halusinasi Data.
Penderita biasanya menyatakan memiliki data, fakta, bukti, bahkan teori yang telah dibuktikan secara Ilmiah (semuanya hanya hasil rekaan sendiri).
Padahal, ketika diminta untuk memperlihatkan apa-apa yang ia/mereka sebutkan; ternyata tidak bisa dan tak ada. Penderita Halusinasi Data umumnya _selalu melawan atau berseberangan_ dengan fakta-fakta dan bukti-bukti yang sebenarnya; mereka juga menolak semua data, bukti, dan fakta-fakta yang ditunjukkan.
Misalnya para pengusung dan pengikut Teori Konspirasi, Anti-science, Kalangan Akademisi  Tanggung (yang tak lengkap belajar), serta Para Pecundang,  terutama para Politisi (terutama yang suka tebar orasi dan narasi kebencian).
Dari semua Penderita Halusinasi (di atas) yang menarik (padaku) adalah Politisi Penderita Halusinasi Data, plus para pengikutnya; apalagi pada/dalam Sikon Menang Kalah Hasil Pilpres, Pilkada, Pemilu).
Politisi Penderita Halunistic
Saya setuju dengan banyak pendapat bahw Halusinasi Sementara (i), halu itu biasa dan Normal, tapi halusinasi karena gangguan kejiwaan dan penyakirlt fisik (ii), jika tidak tertolong maka bisa lari-lari bugil di jalan raya karena ODGJ Akut.
Selain itu, Halusinasi (i dan ii) bisa menjadi sebagai Penderita Akut, walau belum selevel ODGJ Â Parah.
Umumnya orang atau penderita Halunistic selalu (ingin) meyakinkan orang lain dengan data-data, bukti-bukti, dan fakta-fakta rekaan (ngarang, halu, ngasal); serta menurut diri sendiri benar; merasa paling tahu, dan terbenar.
Nah! Model Politisi Halunistic seperti itulah yang sementara bergerilya di mana-mana. Mereka merasa diri terbenar, paling tahu, dstnya, serta orang lain harus mendengar plus ikuti.