Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Metakognisi, Cerdas Mengelola Kecerdasan

7 Februari 2022   13:49 Diperbarui: 7 Februari 2022   14:14 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Majalah Bobo


Bogor, Jawa Barat | Mungkin anda, tentu dan saya, pahami persis bahwa proses belajar pada seseorang harus menyangkut psikomotoris, afektif, dan kognitif, (Taksonomi Benjamin S. Bloom 1956). Sehingga hasil belajar, minimal, terjadi perubahan dan perkembangan sesuai ketiga aspek tersebut, (tindakan/berbuat, rasa/sifat/sikap, dan pengetahuan/ilmu).

Dari semua aspek tersebut, seringkali, yang paling menonjol, mendapat perhatian, serta diperhatikan adalah aspek kognitif (Ini merupakan kesalahan Sekolah dan Orang Tua), sementara lainnya terabaikan.

Pengabaian tersebut bisa berdampak pada hasil pendidikan (lulusan sekolah) pintar, berijazah tapi minus nilai-nilai kemanusiaan, etika, moral, dan lainnya. Padahal, hasil pendidikan (yang menyangkut semua aspek) hanya berguna jika terjadi secara holistik di area hidup dan kehidupan.

Salah satu pengembangan dari Aspek Kognitif (Bloom) adalah Metakognitif (dari Meta dan Kognitif). Terminologi itu dikembangkan oleh John H. Flavell (pakar Filsafat Pendidikan berbasis Psikologi; serta dipopulerkan pada ranah Matakuliah Pengembangan Kepribadian oleh Jappy M Pellokila), dimaknai sebagai (i) berpikir jauh ke depan berdasarkan masukan-masukan yang didapat, (ii) memikirkan apa yang sedang dipikirkan, (iii) ringkasnya sebagai adanya upaya seseorang, secara cerdas, mengelola kecerdasannya (akibat hasil pendidikan) pada area hidup dan kehidupan keseharian, (iv) singkatnya, Metakognitif sebagai Kecerdasan Mengelola Kecerdasan.

Dengan demikian, dalam Metakognitif ada (i) hal-hal yang menyangkut ingatan, pemahaman, terapan, analisis dan sintetis dan evaluasi, (ii) mengontrol dan mengatur  pertumbuhan keterampilan berpikir yang dimiliki, (iii) kecerdasan menilai diri sendiri, (iv) menakar apa yang diketahui dan tidak tahu, (iv) bahkan ketrampilan menyampaikan kecerdasan ke/pada orang lain atau sesama.

Dari semuanya itu, pada sikon kekinian, yang paling diingat dari Metakognisi adalah (i) Kecerdasan Mengelola Kecerdasan, misalnya sebaran dari Rhenald Kasali, (ii) ketrampilan menyampaikan kecerdasan ke/pada orang lain atau sesama, misalnya Jappy M Pellokila, penekanan terhadap para lulusan PT agar mampu menyampaikan ilmunya dengan bahasa-bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti semua orang. Dua-duanya nyaris sama, dan tak perlu didebatkan.

Tingkat Keberhasilan

Jika Metakognisi adalah kecerdasan mengelola kecerdasan, (Rhenald Kasali) dan  ketrampilan menyampaikan kecerdasan ke/pada orang lain atau sesama, (Jappy M Pellokila), maka pada ranah publik (utamanya pada ruang-ruang komunikasi) terjadi beberapa tingkatan. Hal tersebut antara lain,

Pertama, ini yang terendah. Orang Cerdas yang tidak tahu bahwa dirinya memiliki kecerdasan; dan mereka yang tak tahu bahwa dirinya tidak tahu. Orang-orang seperti ini, tidak mau belajar, enggan menerima tantangan baru, atau pun belajar hal-hal baru. Mereka terpaku pada stagnasi berpikir serta 'yang ada padaku, sudah cukup.'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun