Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Opa Jappy, "Tempat Jin Buang Anak"

25 Januari 2022   14:26 Diperbarui: 25 Januari 2022   17:19 2007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Entah sejak kapan diksi 'Jin Buang Anak' jadi terkenal. Pastinya, kata-kata tersebut telah populer sejak lama.


Jika tak salah ingat, Alm Benyamin Suaib lah yang mengpopulerakan. Ketika itu, puluhan tahun lalu, Benyamin tampil di sejumlah film dengan narasi khas dialek Betawi. Dan, 'Tempat Jin Buang Anak' sebagai ungkapan penolakan, ketidaksetujuan, dan protes. Sama halnya dengan ungkapan Yahudi, 'Lebih baik Tinggal di Atap daripada Serumah dengan Perempuan Cerewet;' emangnya ada  yang benar-benar terjadi?

Lalu, adakah atau benar-benar real area yang disebut 'Tempat Jin Buang Anak'? Plus, emangnya ada yang tahu  kawin-mawin Jin sehingga hamil; atau ada yang tahu Jin atau ml di luar nikah dan selingkuh hingga hamil serta lahirkan dan anaknya di buang?

Sebetulnya apa yang terkandung di/dalam 'Tempat Jin Buang Anak?"

Tempat Jin Buang Anak, bukan tentang area atau pun lokasi nun jauh yang tak terjangkau. Tapi, hanya area imaginasi di sekitar mereka yang sementara bicara atau omong-omong. Misalnya, di tepi sungai yang deras, pinggir hutan, jalan yang gelap. (Doeloe, Ancol, Jembatan Lima, Muara Angke, bahkan Hutan UI sebelum ada Kampus, disebut Tempat Jin Buang Anak, bha bha bha).

Katakanlah seperti, "Memangnya lue mau mau mancing di Tempat Jin Buang Anak?" Atau, "Ogah, Daripada Gue jalan di Tempat Jin Buang Anak, mending kaga jadi pergi." Dan lain sebagainya.

Tempat Jin Buang Anak, menunjukkan sikon di/pada lokasi tertentu. Sikon yang dimaksud adalah tidak tertata, menakutkan, liar, buas, tanpa peradaban, dan sejenisnya. Oleh sebab itu, ada baiknya manusia (yang normal dan beradab) tidak ke tersebut, karena akan terhilang dari sejarah hidup dan kehidupan.

Selanjutnya?

Yang jadi masalah adalah terjadi penggabungan makna imaginer dan sikon Tempat Jin Buang Anak dengan Lokasi atau Area (real) tertentu.

Misalnya, pada percakapan sosial antara saya dan teman-teman. "Opa, aslinya mana?" Tanya teman yang buta geografi pada saya. Saya jawab, "Dari Kupang!" Ia bertanya lagi, "Kupang itu di mana, Timor Leste, NTB, atau dekat Surabaya?" Teman lain menjawab, "Itu tuh, Tempat Jin Buang Anak." Lalu, apakah saya harus bereaksi dengan 'asah pedang?'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun