Lalu, apa yang harus dilakukan?
Si Doeloe Kampungan kini telah jadi 'Setengah Dewa' di antara pengikut dan jongos-jongosnya; mereka pun dikerahkan untuk 'menciptakan'Catatan dan Sejarah tentang masa lalu Si 'Setengah Dewa.' Sehingga yang mereka lakukan adalah
- Menghapus semua kisah buruk, nakal, kurang ajar, bandel, nyolong serta semua jahat yang pernah Si Jappy lakukan pada masa kecil. Ia harus 'jadi' orang pilihan sejak lahir, kecil, dan tumbuh kembang sebagai calon pemimpin.
- Membangun narasi dan kisah masa kecil tentang kehebatan, kepahlawanan, serta jerih dan juang untuk masyarakat.
- Menyusun 'pohon silsilah' baru; bila perlu dihubungkan dengan orang-orang terkenal. Dan, orang-orang terkenal itu mewariskan 'darah biru' srata sosial yang tinggi.
- Membuat kisah-kisah hoax tentang orang-orang yang disebut pada 'pohon silsilah baru' tersebut.
- Dan lain-lain yang sejenis dengan hal-hal di atas
Dan, semuanya itu, disebarkan secara TSM oleh para hulubalang, jongos, dan pengikutinya; disebarkan ke mana-mana agar publik 'terima' sebagai kebenaran.
Sekian
Kasarnya, pada masa kini, tak sedikit orang (termasuk ayah atau orang tuanyaa) yang pada masa lalu 'bukan siapa-siapa,' tanpa narasi cemerlang, tiada prestasi gilang gemilang yang bisa menjadi 'kebanggaan masa kini;' kebanggaan yang bisa disebut sebagai kisah heroik. Tapi ia atau mereka mau memiliki kisah masa lalu yang Luar biasa, hebat, heroik, bahkan penuh kepahlawanan.
Karena 'mau memiliki' itu, mereka (dengan kekuatan pengaruh, uang, kekuasaan, ambisi, kedudukan, dan sejenisnya) melakukan seperti pada Dongeng Sarkastis di atas.
Nah .... !
Jika pada hari-hari lalu, dan mungkin saja, di waktu-waktu akan datang, anda dan saya (akan) menerima sebaran foto, orasi, narasi, artikel yang tanpa data, fakta, serta hoax, juga penuh dengan cocok-ilogi dan hanya 'dihubung-hubungkan;' maka semuanya itu merupakan upaya memperbaiki kisah masa lalu.
Padahal, tidak ada seorang pun mampu untuk memperbaiki kisah masa lalu dengan cara menyusun orasi dan narasi kebohongan pada masa kini.
Sayangnya, banyak orang (karena kemiskinan literasi) percaya dan menerima orasi dan narasi kebohongan pada masa kini tersebut sebagai sesuatu yang benar.