Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Tiga Tahun Tidak Masuk Akal

6 Desember 2018   13:23 Diperbarui: 6 Desember 2018   14:35 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kanal Indonesia Hari Ini

Walaupun berada dalam situasi global tersebut, di sisi lain pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini justru sedang mengalami akselerasi setelah mengalami tekanan merosotnya harga komoditas sejak 2015-2016. Juga, jika membandingkan nilai tukar rupiah pada September 2018 dan Desember 2018, jelas berbeda dan rupiah mengalami penguatan.

Data terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berada pada tingkat 5,17% di semester I 2018 artinya tertinggi sejak 2014 dan tingkat pengangguran berada pada posisi 5,13% (terendah dalam dua dekade) dan tingkat kemiskinan pada 9,8% (terendah dalam dua dekade).

Dengan demikian pernyataan Sandi kalau Nabi Yusuf butuh waktu 7 tahun untuk mengatasi krisis. Insya Allah, saya dengan pak Prabowo cukup tiga tahun untuk memulihkan perekonomian Indonesia, sangat tidak mendasar atau tanpa data serta fakta.

Yah, namanya juga kampanye, maka begitulah.

Sorotan Kedua

Jika menggunakan telaah (dan metode) hermeneutis terhadap Kisah Yusuf (dan Firaun serta Mesir) dalam Kitab Suci, maka sangat tidak pada tempatnya membandingkan Sang Nabi dengan diri sendiri. Pernyataan Sandi bahwa, "Kalau Nabi Yusuf butuh waktu 7 tahun untuk mengatasi krisis. Insya Allah, saya dengan pak Prabowo cukup tiga tahun untuk memulihkan perekonomian Indonesia." 

Sisi pertamannya, Prabowo Sandi lebih hebat dari Sang Nabi; sisi lainnya, Sandi sangat tidak paham tentang sikon sosio-pol-kam-bud Mesir dan Sang Nabi pada masa itu.

Saat itu, memang Mesir dikuasai oleh Dinasti Firaun (Dinasti ini bukan asli Mesir, dan mereka adalah penguasa yang menjajah Mesir), sementara Yusuf sebagai 'orangnya Firaun.'  

Juga hampir seluruh rakyat Mesis pada masa itu masih dalam budaya Tradisional Agraris, yang memusatkan hidup dan kehidupannya pada air dan tanah, sungai, ladang; serta dipaksa menjadi pemukul batu dan pengrajin batu bata demi kepentingan penguasa atau kerajaan, misalnya membangun kuil, arca, piramida, dan lain-lain.

Yusuf yang pada waktu itu sebagai Orang Kedua dalam pemerintahan Firaun; pemerintahan yang menjajah Mesir, selama tuju tahun melakukan pemaksaan agar seluruh rakyat menanam tanaman untuk kebutuhan pokok, misalnya gandun, sorgum, kurma, dan lain sebagainya. Hasilnya, mereka timbun atau simpan dalam rumah-rumah lumbung (yang dibangun dari batu, di bawah dan di atas tanah).

Jadi, Yusuf (atau pun penguasa Mesir) tidak melakukan proses pemulihan, melainkan upaya mempersiapkan untuk menghadapi bencana kelaparan; dan upaya-upaya itu dilakukan selama tuju tahun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun