Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gayatri Dwi Wailissa, Anggota BIN yang Gugur Sebelum Bertugas

26 Oktober 2014   01:57 Diperbarui: 27 Oktober 2019   14:03 7278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di balik itu, sesuai dengan pengakuan Dedi Darwis, maka Gayatri Dwi Wailissa masih dalam taraf pendidikan; artinya ia belum "resmi" dilantik sebagai Intel Negara.

Agaknya, kemampuan Gayatri yang luar biasa itu, menjadikan BIN merekrut dirinya untuk menjadi bagian dalam fungsi dan tugas sebagai seorang "Sandi Negara." 

Ini juga bermakna, Gayatri yang bukan seorang Mahasiswa/i Sekolah Tinggi Sandi Negara atau lulusan Sekolah Tinggi Sandi Negara, namun karena alasaan dan kapasitas khusus pada dirinya, ia direkrut oleh BIN.

Setelah direkrut, Gayatri Dwi Wailissa bersama teman-temannya, dengan sikon yang sama, harus mengikuti pendidikan dan pelatihan oleh para Instruktur dari BIN di Mabes TNI. 

Di dalamnya, ada pelatihan fisik, bela negara, idiologi, psikologi, penguasaan medan atau matra darat, laut, dan udara, termasuk penggunaan senjata dan teknik-tenik kamuflase menutup diri dari publik; identitas dirinya, misalnya kerja, pangkat, dan jabatan,  tak perlu publik tahu. 

[Notes: Seorang anggota BIN, tak pernah menyampaikan kepada publik dan keluarganya, bahwa ia adalah Intel Negara. Bahkan, setelah pensiun pun, ia mengalami "cuci ingatan" sehingga tak mau bercerita tentang tugas dan kerjanya selama berdinas sebagai anggota BIN].

Bisa saja, proses pendidikan yang dialami oleh Gayatri Dwi Wailissa, belum mencapai "tingkat yang tinggi;" masih bersifat tempaan fisik, misalnya lari, guling di tanah, lompat, tiarap, merayap di bawah kawat berduri, dan sejenis dengan itu; semuanya melelahkan.

Di samping itu, Gayatri Dwi Wailissa pun belum mendapat atau menerima suatu konsep "siapa diri intel yang sebenarnya," dalam arti, ia masih begitu terbuka tentang dirinya. 

Sebab, dari kata sambutan ayahnya, bisa menarik suatu simpulan kecil bahwa Gayatri "membuka kartu" tentang sikon dirinya.

Juga, ayahnya belum tahu bahwa jika ada anggota keluarga yang menjadi intel atau anggota BIN, maka hal tersebut "tak perlu diungkap" ke publik. Itu adalah "hukum yang belaku dalam dunia telik sandi."

Kini semuanya sudah berlalu. Di balik itu, kematian Gayatri ketika dalam latihan dan pengakuan ayahnya,  ada pembelajaran untuk BIN ketika merekrut seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun