Mohon tunggu...
Oni Bintoro
Oni Bintoro Mohon Tunggu... PNS Badan Riset Inovasi Nasional

Analis Teknologi, Periset Sosial, Podcaster. Tema: Iptek, sosial ekonomi, resolusi konflik, negosiasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kwik Kian Gie: The Quiet Voice That Shaped Indonesia's Economic Conscience

31 Juli 2025   20:42 Diperbarui: 31 Juli 2025   20:53 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh COORDINATING MINISTRY FOR ECONOMIC AFFAIR, REPUBLIC OF INDONESIA - https://www.ekon.go.id/profil/menteri-detail/15/dr-kwik-kian-gie, Domain Publi

Di Netherlands Economic Hogeschool (NEH), yang kemudian menjadi Erasmus University Rotterdam (EUR), ia menyadari bahwa dua hal dalam hidupnya tidak pernah dapat dipisahkan: pemikiran yang mendalam dan gagasan bahwa kemajuan tanpa keadilan hanyalah percepatan tanpa tujuan. Ia berkata setelah lulus pada tahun 1963, "Jika saya bisa memulai dari awal, saya akan tetap memilih untuk belajar di Rotterdam." Pernyataan singkat itu menunjukkan betapa ia menghargai sekolah yang telah menjadikannya seorang ekonom dan guru yang teguh pada cita-citanya.

Sekembalinya ke Indonesia, ia tidak langsung mengambil peran besar. Sebelum menjadi pendidik, ia bekerja sebagai direktur di beberapa perusahaan. Orang-orang pada era 1980-an dan 1990-an mengenalnya berkat tulisan-tulisannya yang tajam di harian Kompas. Tulisannya tentang anggaran negara, utang luar negeri, dan peringatan tentang praktik IMF, serta berbagai fenomena perekonomian nasional menjadi sumber penting bagi banyak peneliti dan bahan renungan bagi masyarakat umum. Ia tidak menulis untuk kaum elit; ia menulis untuk orang-orang yang terdampak oleh keputusan mereka.

Setelah krisis 1998 dan pergantian pemerintahan, Kwik diminta untuk bergabung dalam pemerintahan. Ia menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Keuangan, dan Industri di bawah Presiden Gus Dur dari tahun 1999 hingga 2000. Setelah itu, ia menjabat sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas di bawah Presiden Megawati dari tahun 2001 hingga 2004. Ia menginginkan kajian dampak ekonomi yang menyeluruh dalam rapat kabinet, yang menunjukkan bahwa ia tenang, berhati-hati, dan tidak takut untuk mengungkapkan pendapatnya selama negosiasi kekuasaan.

Namun, ia tak pernah merasa nyaman dengan dunia politik yang nyata. Pendidikan adalah inti dari cita-citanya yang berharga tentang masa depan yang lebih baik. Ia mendirikan Institut Bisnis Indonesia (IBII) pada tahun 1987. Kemudian, namanya diubah menjadi IBI Kwik Kian Gie. Ia tak ingin namanya digunakan, tetapi rekan-rekannya mengatakan bahwa kejujurannya patut dikenang. Kampus bukan hanya tempat untuk melatih para manajer; kampus juga tempat untuk mengajarkan gagasan bahwa menghasilkan uang tanpa moral tidak akan membawa kesuksesan.

Para mahasiswa mengenangnya di kampus sebagai seorang dosen yang memadukan ilmu ekonomi dengan nilai-nilai moral. Ia sering berkata, "Jangan jadi orang pintar yang tak mau berkata jujur." Ucapan itu telah berkembang menjadi kompas moral yang kini diwariskan oleh ribuan alumninya.

Dalam pergaulan, ia tidak kaku. Ia tahu kapan harus bicara, dan kapan harus diam.

Ia wafat pada malam 28 Juli 2025 dalam usia 90 tahun. Tak ada gelar baru, tak ada drama. Tapi kabar kepergiannya menggema: dari ruang redaksi, ruang kelas, hingga lorong-lorong kampus Erasmus yang pernah ia lalui. Seolah semua sepakat: telah pergi seorang guru bangsa, yang tak pernah lelah bertanya: “Apakah pembangunan kita masih punya hati?”

&&&&&

20 SITASI DAN TAUTAN TENTANG KWIK KIAN GIE

Verifikasi dilakukan per 2025-07-31 – beberapa link mungkin memerlukan akses berlangganan

10 SITASI KOLOM KOMPAS PALING SERING DIRUJUK:

  1. “Konsep Pembangunan Ekonomi Prof. Habibie” – Kompas, 4 Maret 1993
     (tidak tersedia daring – arsip cetak)
  2. “Diagnosis Ekonomis, Gejolak Kerusuhan” – Kompas, 6 Januari 1997
     (tidak tersedia daring – arsip cetak)
  3. “RAPBN 1997/1998: Beberapa Kontradiksi” – Kompas, 13 Januari 1997
  4. “Siapa yang Punya Kekayaan Alam Indonesia” – Kompas, 20 Januari 1997
  5. “Magister Manajemen: Ilmiah atau Profesional?” – Kompas, 31 Maret 1997
  6. “Rupiah Mengambang Total?” – Kompas, 18 Agustus 1997
  7. “Gebrakan Uang Ketat dan Konsekuensinya” – Kompas, 25 Agustus 1997
  8. “Kenali dan Hadapilah Kenyataan” – Kompas, 8 September 1997
  9. “Badai Belum Berlalu” – Kompas, 15 September 1997
  10. “Hindari Ekspektasi Berlebihan terhadap IMF” – Kompas, 27 Oktober 1997
    ➕ Lanjutan: “Paket Reformasi IMF” – Kompas, 3 November 1997

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
    Lihat Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun