Mohon tunggu...
Onessimus Febryan Ambun
Onessimus Febryan Ambun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Sarjana Filsafat IFTK Ledalero-Flores

Benedictvs Dominvs Fortis mevs qvi docet manvs meas ad proelivm digitos meos ad bellvm

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gereja Katolik dan Gerakan Ekumene: antara Perpecahan dan Persatuan

19 Mei 2022   23:19 Diperbarui: 19 Mei 2022   23:35 2169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: www.cbcew.org.uk)

Ekumenisme merupakan salah satu tema penting yang menjadi titik tuju misi Gereja saat ini. Di masa lampau, tema ekumenisme merupakan hal yang jarang dibicarakan. Namun, setelah melewati tahap panjang perpecahan dan isolasi diri dari dunia luar selama berabad-abad, akhirnya Gereja Katolik membuka diri untuk berdialog dan melakukan usaha-usaha persatuan dengan Komunitas Gerejawi lainnya setelah Konsili Vatikan II.

Dalam Konsili Vatikan II dan setelahnya, usaha atau gerakan yang mempromosikan persatuan Kristen atau ekumenisme ini kembali diartikulasikan lagi menjadi suatu tugas sentral dalam kehidupan menggereja. Dalam Dekret Unitatis Redintegratio, para Bapa Konsili menyadari bahwa "Pemulihan Kesatuan di antara semua orang Kristen adalah salah satu perhatian utama Konsili Vatikan II. Sebab yang didirikan oleh Kristus Tuhan ialah Gereja yang satu dan tunggal" (UR 1). Usaha ini bagi Paus Yohanes Paulus II dalam Ensiklik Ut Unum Sint, dipertegas lagi sebagai suatu usaha yang bukan hanya semacam "lampiran" yang ditambahkan ke aktivitas utama Gereja untuk merangkul semua bangsa menjadi murid Tuhan. "Sebaliknya, ekumenisme adalah bagian organik dari kehidupan dan pekerjaannya, dan akibatnya hal ini harus meliputi keseluruhan dirinya dan semua yang dia kerjakan" (art. 20). Namun pertanyaannya, bagaimana semangat ekumene ini dapat diwujudnyatakan sebagai suatu tugas sentral Gerejawi saat ini?

Salah satu kutipan yang sering kali ditemukan dalam tulisan-tulisan atau dokumen-dokumen yang mengangkat tema ekumenisme adalah kutipan yang berasal dari Injil Yohanes bab 17: "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat." (Yoh. 17: 11, 15).

Dalam doa pada malam perjamuan sebagaimana yang dilukiskan oleh Penginjil Yohanes di atas, Yesus berharap agar para murid dan orang-orang yang percaya kepada-Nya, dapat hidup dalam kesatuan dengan satu sama lain. Ia juga berdoa agar para murid dan orang-orang yang percaya kepada-Nya itu terbebas dari "si jahat", iblis, nama yang dalam bahasa Yunani (diabolos) berarti "orang yang memecah belah." Jika dicermati dengan seksama, pekerjaan si jahat, "diabolos" adalah untuk membawa perpecahan: untuk memisahkan orang dari Tuhan dan juga dari sesamanya. Si jahat berusaha secara khusus untuk membawa perpecahan kepada mereka yang telah dikaruniai kesatuan yang dimiliki oleh Allah melalui Yesus dan dalam Roh Kudus.

Gereja saat ini berada dalam realitas perpecahan. Sampai saat ini, menurut data yang dirilis oleh Pewresearch, terdapat lebih dari sekitar 41.000 denominasi Kristen yang tersebar di seluruh dunia. Perpecahan di antara orang-orang Kristen ini, sebenarnya merupakan kegagalan para pengikut Kristus itu sendiri untuk menjalani kehidupan bersama di dalam Kristus yang telah memanggil para pengikut-Nya menuju persatuan. Realitas perpecahan ini sejatinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Kristus. Oleh karena itu, realitas perpecahan ini adalah sesuatu yang harus diatasi oleh Gereja secara keseluruhan.

Paus Fransiskus menerima hadiah saat beraudiensi dengan delegasi ekumenis dari Gereja Lutheran Finlandia di Vatikan 17 Januari 2022. (CNS Photo) 
Paus Fransiskus menerima hadiah saat beraudiensi dengan delegasi ekumenis dari Gereja Lutheran Finlandia di Vatikan 17 Januari 2022. (CNS Photo) 

Dekret Unitatis Redintegratio yang dipromulglasikan dalam Konsili Vatikan II memberikan beberapa usaha praktis pelaksanaan gerakan menuju persatuan Kristen ini dari sudut pandang Gereja Katolik. Menurut Georg Kirchberger, SVD dalam bukunya tentang Gerakan Ekumene, usaha praktis yang diangkat Dekret tentang Ekumenisme dibagi atas empat hal. 

Usaha pertama adalah Pembaharuan Gereja. Pembaharuan Gereja terutama berarti bahwa Gereja harus lebih setia pada panggilannya sendiri. Orang Kristen harus mengembangkan semacam kepekaan terhadap berbagai perasaan dan buah pikiran dari saudara-saudarinya yang terpisah. Semangat ekumene berarti orang Kristen harus saling menghargai, bersikap rendah hati, tidak ingat diri, bersabar, dan sungguh baik hati. Semakin mereka berusaha untuk hidup sesuai pedoman injil, semakin mereka mengembangkan dan melaksanakan persatuan Kristiani. 

Usaha kedua ialah Pendidikan Ekumene. Setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi agen kesatuan yang aktif dengan anggota Tubuh Kristus lainnya. Dalam Dekritnya tentang Ekumenisme, Konsili Vatikan II menyatakan bahwa "kepedulian untuk memulihkan persatuan berkaitan dengan seluruh Gereja, baik kaum beriman maupun klerus, meluas ke semua orang, sesuai dengan potensi mereka masing-masing" (art. 4). Karena itu, sangat penting bagi seluruh umat Kristiani mendapat pendidikan agama di sekolah-sekolah dalam dimensi ekumenis. Hal itu dilaksanakan agar seluruh umat Kristiani dapat belajar lebih banyak tentang Gereja-Gereja lain supaya bisa menilai dengan lebih baik dan jujur terhadap apa yang sama dan apa yang berbeda dari Gereja-Gereja itu. Karena, sering kali rumusan teologis yang berbeda dari Gereja-Gereja lain lebih banyak yang saling melengkapi daripada bertentangan satu sama lain.

Usaha yang ketiga dalam semangat ekumene adalah Kerja Sama dalam Hal Praktis. Dekret tentang Ekumenisme menganjurkan untuk meningkatkan kerja sama dalam kegiatan sosial. "Kerja sama itu hendaknya menghargai sepantasnya martabat manusia, memajukan perdamaian, dan menerapkan injil pada situasi kemasyarakatan" (UR 12). Dekret tentang Ekumenisme menyuarakan seruan bagi semua orang Kristen untuk secara bersama-sama mengakui Kristus dan memperjuangkan dunia yang lebih baik dalam nama-Nya dengan meringankan beban orang-orang yang menderita kelaparan, buta huruf, miskin, tak memiliki tempat tinggal, dan yang menderita ketidakadilan akibat distribusi kekayaan yang tidak merata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun