Mohon tunggu...
onenews sulsel
onenews sulsel Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menjelajahi Sulsel Tanpa Batas

Selanjutnya

Tutup

Nature

Apakah Indonesia Mampu Memerangi Sampah?

5 Juni 2018   18:13 Diperbarui: 5 Juni 2018   18:25 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dr. Abdul Rivai Ras - Founder BRORIVAI CENTER

Dewasa ini, aktivitas masyarakat dalam merusak lingkungan hidup bagaikan sesuatu tindakan yang normal dan dapat diterima sebagai perilaku yang wajar. Aktivitas pembuangan sampah di sembarang tempat menjadi kebiasaan dan membentuk pola untuk  mengubah wilayah negara menjadi sebuah tempat sampah raksasa.

Ancaman terhadap kerusakan ekosistem dunia akibat sampah sudah di depan mata. Kondisi ini terlihat dari besarnya volume produksi sampah yang dihasilkan di kota-kota besar dunia. Setidaknya terdapat 1,3 miliar ton sampah yang dihasilkan dunia setiap tahunnya, dan diperkirakan akan mencapai 2,2 miliar ton pada tahun 2025 (Republika.co.id., 2016).

Volume tersebut dinilai akan terus mengalami kenaikan, dan bila tidak mampu dikendalikan dan dikelola dengan baik akan menjadi potensi ancaman nyata bagi rusaknya lingkungan hidup yang dapat mengganggu keselamatan dan keamanan manusia (human security).  

Secara faktual, meningkatnya produk sampah - mayoritas terjadi di kota-kota yang sedang dalam pembangunan atau di sejumlah negara berkembang, khususnya di negara yang jumlah penduduknya besar, pola konsumsi dan gaya hidup masyarakatnya cenderung tidak tertib, serta daya beli yang mulai menguat terhadap berbagai jenis bahan pokok dan hasil teknologi tanpa disertai dengan konsep pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.

Dalam konteks Indonesia, salah satu ancaman keamanan lingkungan (environmental security) yang patut diwaspadai dan perlu menjadi perhatian adalah tingginya angka pembuangan limbah sampah, khususnya limbah plastik yang tidak terkendali dan merupakan jenis sampah yang berbahaya. Sampah plastik itu sendiri sulit untuk dikelola dan butuh waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas tersebut benar-benar dapat terurai.

Hingga saat ini, tidak ada data akurat tentang persentase sampah di Indonesia. Namun, berdasarkan data yang dihimpun oleh jaringan BRORIVAI CENTER, Research and Response (R & R) Network Office - Jakarta, jumlah sampah padat yang diproduksi secara nasional mencapai mencapai 151.921 ton per hari. Artinya, setiap penduduk Indonesia secara rata-rata diasumsikan membuang sampah padat sebesar 0,85 kilogram (kg) setiap harinnya.  

Berbeda jauh dengan data yang disajikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016, yang hanya mencatat sekitar 65 juta ton sampah per harinya. Meskipun terdapat perbedaan data yang dilansir oleh pemerintah, setidaknya terdapat gambaran tentang betapa kritis dan akutnya persoalan sampah. Disinilah pentingnya kebijakan politik dalam mengatasi lingkungan atau yang lazim disebut politik lingkungan.

Urgensi politik lingkungan ini dibutuhkan agar kita dapat merujuk pada kajian intelektual tentang  fenomena-fenomena lingkungan yang terjadi. Entah itu relasi antar masyarakat dengan lingkungan, kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menanggapi masalah lingkungan, korelasi politik dengan lingkungan, atau pun planning (rencana) strategis pemerintah dalam mengatasi persoalan lingkungan dan bagaimana mengembangkan lingkungan hidup sebagai prioritas pelestarian negara.

Selain itu, yang terpenting harus ada aksi nyata segera, bagaimana kita dapat 'berperang melawan sampah' sebagai bentuk aksi bela negara dalam menjawab keresahan manusia tentang pentingnya planet dan lingkungan, terlebih bagi Indonesia yang didudukkan sebagai salah satu negara kontributor sampah terbesar dunia, khususnya dalam produk limbah sampah plastik.

Seperti yang dikutip dalam catatan Jambeck Research Group dari University of Georgia, AS (2015) - Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang hingga mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Tiongkok yang mencapai 262,9 juta ton. Sementara di urutan ketiga adalah Filipina yang menghasilkan sampah plastik ke laut mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam yang mencapai 55,9 juta ton, dan Sri Lanka yang mencapai 14,6 juta ton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun