Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penghuni Pertama Kompleks Perumahan

1 November 2020   21:54 Diperbarui: 2 November 2020   07:19 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.hariansederhana.com

Menjadi penghuni pertama sebuah komplek perumahan membuat Yanto merasa senang, namun juga tidak menyenangkan. Merasa senang ketika diminta cerita apapun tentang sejarah kompleks perumahan, maka ia pun dengan gamblang bercerita mulai A sampai Z.

Saat penghuni masih bisa dihitung jari, Yanto selalu cerita bahwa dirinyalah yang pertama mengalami hidup tanpa lampu listrik. Semua masih gelap dan hanya diterangi lampu minyak. Memandang sejauh blok hanya gelap, hanya bayangan hitam atap rumah yang berjejer. Jalanan kompleks perumahan masih tanah makadam, belum di pasang paving apalagi dicat warna-warni seperti sekarang ini. Listrik juga belum dipasang kabelnya. Hanya tiang listrik menjulang tinggi seperti mengawasi sebuah kompleks perumahan yang sepi.

Jika malam, dingin dan berkabut. Jika pagi masih menyisakan kabut tipis serta hawa sejuk. Mungkin karena kompleks perumahan ini di dataran tinggi. Tapi yang jelas masih belum ada polusi udara. Yanto bahkan seringkali mendengar lolongan anjing malam hari dari arah utara yang masih lebat dengan pepohonan. Awalnya ia merinding sendirian. Selebihnya menjadi terbiasa. Asal bukan lengkingan suara makhluk halus saja pikirnya.

Belum ada satpam maupun penjaga kompleks perumahan. Pengembang hanya menugaskan dua orang yang berjaga-jaga di gudang tempat menyimpan bahan bangunan. Itu pun mereka seringkali pulang ke rumah saat malam tiba. Rumahnya di desa tetangga yang berjarak sekitar lima kilometer. Praktis selama beberapa tahun, Yanto adalah penghuni pertama sekaligus terlama selama masa pengembangan kompleks perumahan itu. Penghuni tunggal yang belum punya tetangga dan sangat berharap sekali memiliki tetangga, sebab keluarganya masih betah tinggal di desa.

Sebenarnya saat menjelang tahun baru ada seorang lelaki perlente yang mendatangi rumah Yanto. Saat itu Yanto girang bukan main, sebab sebentar lagi ia akan mendapat tetangga baru. Saking girangnya ia sangat agresif bercerita tentang betapa nyamannya tinggal di komplek perumahan ini, meski saat itu hanya dirinya saja yang menjadi penghuninya.

Yanto tak lupa membuatkan kopi paling nikmat yang katanya didatangkan dari perkebunan terkenal. Seluruh cemilan yang selama ini menemani kesendiriannya juga dikerahkan. Meskipun agak layu tapi hanya itulah suguhan yang bisa bertahan.

          "Silahkan mas, ini cemilannya, masih hangat, saya goreng sendiri tadi pagi" tawar Yanto pada lelaki yang menjadi tamu istimewanya.

Lelaki itu pun mengambil sebiji kerupuk gadung seperti sekedar basa basi lalu mengunyahnya. Secangkir kopi yang mulai hangat didekap kabut segera diminumnya. Kata orang kalau minuman segera dihabiskan pertanda akan pamit pulang.

          "Jadi disini belum ada satpam atau penjaga ya mas?" lelaki itu mengulang pertanyaannya, seolah ingin mendengar penjelasan dan memastikan soal keamanan.
          "Rencananya bulan depan mas, Pak Rudi dari pengembang perumahan pernah bilang begitu. Tapi, meski belum ada satpam disini kondisinya aman kok" timpal Yanto sambil menggaruk-garuk hidungnya. Nyatanya ia sendiri jarang bertanya kepada Pak Rudi pimpinan pengembang perumahan. Dalam hatinya ia ingin dipercaya kata-katanya. Tak kurang-kurangnya ia juga berdo'a dalam hati semoga lelaki inilah yang akan menjadi tetangga pertamanya.

          "Gini mas, memang saya ada rencana segera menempati rumah di ujung blok itu, tapi saya masih menunggu beberapa pekerjaan. Jadi mungkin bisa Januari lusa ini atau mungkin Februari bulan depannya lagi" jelas lelaki itu.
          "Wah nggak papa mas, biar segera ramai perumahan ini, semoga nanti kerasan seperti saya" balas Yanto bersemangat.
          "Baiklah sementara itu dulu, nanti saya main lagi kesini jika sudah menempati rumah" pungkas lelaki itu seraya berdiri dan pamitan.
-----*****-----
Perlahan penghuni kompleks perumahan sudah menghuni rumahnya masing-masing. Semarak kompleks perumahan begitu kentara. Rata-rata mereka masih keluarga muda. Belum banyak perubahan bentuk rumah mereka, kecuali ditambah pagar depan dan tembok penutup belakang.

Jika pagi nampak jemuran berjejer di pinggir jalan. Anak-anak hanya bermain di tetangga terdekat. Sedangkan tumbuhan masih belum setinggi orang dewasa. Satu-satunya hiburan adalah mendengarkan musik di rumah masing-masing yang perabotnya belum memenuhi rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun