Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Ngidang", Tradisi Makan di Acara Pernikahan Palembang yang Makin Langka

24 Juni 2018   15:41 Diperbarui: 24 Juni 2018   21:41 3178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Makanan yang Dibuang. Sumber gambar dari businessmirror.com.ph

Beberapa hari yang lalu, saya menemukan sebuah video menarik yang diunggah oleh laman AJ+ (AJPlus) yang memperlihatkan gerakan aktivis yang memanfaatkan sisa lauk katering di acara pernikahan untuk dibagikan ke orang yang tidak mampu.

Di video itu juga dibeberkan satu fakta, bahwa ternyata Indonesia adalah Negara terbesar kedua di dunia yang kerap menyiakan makanan setelah negara Saudi Arabia. Intinya, ada banyak sekali makanan yang terbuang secara percuma di negeri ini.

Video yang saya bagikan ke laman akun facebook saya itu banyak dibanjiri komentar (lengkapnya, silakan klik di sini). Ada banyak tanggapan yang masuk. Sebagian besar mengeluhkan tabiat orang Indonesia yang seringkali gragasan dalam mengambil makanan terutama yang gratis.

Pernah menginap di hotel dan melihat orang yang ambil banyak sekali makanan saat sarapan namun kemudian menyisakannya? Atau, sebagaimana yang saya singgung di awal, pasti sering ya lihat orang kalap ambil makanan dengan lauk menumpuk, namun tidak dihabiskan karena alasan yang sangat-tidak-lucu seperti udah kenyang atau makananya tidak enak. Atau, jangan-jangan kamu adalah salah satu orang yang kerap menyisakan makanan?

Jika iya, segera bertobatlah!

Ada banyak sekali orang yang kelaparan di luar sana selagi kamu menyisakan makanan-makanan itu. Jangan terlalu menurutkan hawa nafsu. Ambilah makanan sesuai takaran tubuh. Jikapun merasa kurang, saya rasa silakan saja antre lagi untuk menambah. Tidak usah malu. Itu lebih baik ketimbang kalian menyisakan makanan yang ada.

Stiker makanan di Mumbai

Ada sekitar 120 ton makanan yang dikonsumsi masyarakat di India setiap harinya. Sayangnya, ada sekitar 16 ton makanan yang kemudian tidak dikonsumsi oleh mereka padahal di sisi lain, taraf hidup masyarakat di India begitu timpang. Yang kaya, biasanya kaya banget. Yang miskin, miskin banget.

Para Dabbawala. Sumber gambar dari telanganatoday.com
Para Dabbawala. Sumber gambar dari telanganatoday.com
Pernah dengat film India yang berjudul "Lunch Box"? Film yang dibintangi oleh Irfan Khan itu menceritakan tentang para pekerja yang bertugas mengambil rantang makanan di rumah dan mendistribusikannya ke kantor-kantor tempat para kepala keluarga bekerja. Info tentang film ini sudah saya tulis lengkap di sini. One of my fav Indian movies.

Nah, miris dengan banyaknya makanan yang terbuang ternyata menginspirasi para Dabbawala (para pekerja yang bertugas mendistribusikan rantang makanan) untuk memisahkan rantang-rantang mana yang masih menyisakan banyak makanan. Caranya dengan memberikan stiker khusus di rantang tersebut. Selengkapnya lihat video di bawah ini ya.

Alhamdulillah, makanan yang ada di rantang tersebut dapat dimanfaatkan oleh para homeless yang memang banyak tersebar di jalanan-jalanan India. Konsepnya kurang lebih sama dengan yang dilakukan oleh para aktivis pengumpul makanan sisa katering yang ada di Jakarta. Hebat!

Meminimalisasi sisa makanan dengan cara ngidang

Fresh from the oven. Pengalaman yang akan saya ceritakan ini baru saja berlangsung beberapa jam lalu, ketika saya menghadiri resepsi pernikahan salah satu kerabat di kawasan 13 Ulu Palembang.

Pernikahan tersebut diselenggarakan di rumah, bukan di gedung pernikahan. Namun, yang unik adalah, tuan rumah masih menggunakan cara ngidang dalam menyiapkan makanan untuk tamu. Dulu, cara ini umum digunakan oleh masyarakat Palembang. Namun, sudah lama sekali saya tidak merasakan kondangan seperti ini. Seingat saya, terakhir saya merasakan kondangan dan makannya dengan cara ngidang ini saat SD, sekian tahun lalu.

Makanan siap dihidangkan. Gambar milik pribadi.
Makanan siap dihidangkan. Gambar milik pribadi.
Ngidang sendiri merupakan cara makan yang dilakukan dengan cara makan bersama dalam grup kecil. Jadi, pihak tuan rumah akan menyajikan nasi (biasanya nasi minyak dan nasi putih) dalam tampah khusus di atas taplak meja. Lauknya disiapkan dalam piring-piring kecil dan ditata mengelilingi tampah nasi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun