Mohon tunggu...
FATKHUL MUIN
FATKHUL MUIN Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kupatan dan Pesiar Ke laut

26 September 2009   02:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:39 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lebaran usai sudah namun masih ada satu moment lagi dalam rangka memeriahkan Hari raya Iedul Fitri yaitu tradisi Kupatan. Sedari penulis belum lahir, tradisi Kupatan ini sudah ada dan kini setelah waktu hampir limapuluh tahun berjalan tradisi ini masih lestari. Mengapa disebut kupatan belum ada sumber pasti yang menyebutkan istilah ini , namun banyak orang menyebutnya sebagai bada kupat yaitu hari seminggu setelah hari raya idul Fitri. Pada hari itu kita yang biasanya makan nasi , menu wajib itu diganti dengan kupat , yaitu beras yang dimasukkan wadah yang terbuat dari daun kelapa atau janur.

Biasanya gandengan kupat adalah lepet, kalau lepet ini terbuat dari beras ketan yang dicampur dengan parutan kelapa dan sedikit garam atau gula tergantung selera. Lain kalau di Jakarta atau mungkin tempatlain hari raya idul fitri menu wajibnya nasi kupat dan opor ayam , namun di Jawa tengah tradisi kupatan ini masih bisa ditemui di berbagai tempat. Sehingga tidak mengherankan bila menjelang bada kupat ini pasar tradisional ini ramai dengan pedagang janur, kelapa dan kebutuhan lainnya yang digunakan untuk memeriahkan bada kupat.

Oleh karena sudah mengakar kuat di masyarakat , tradisi kupatan ini masih bisa ditemui di berbagai tempat utamanya daerah pesisir seperti kabupaten Jepara, Kabupaten Demak, Kabupaten Pati sampai dengan kabupaten Batang dan Pekalongan, Kupat atau lepet biasanya dibuat satu hari menjelang bada kupat, hal ini bisa kita lihat dari dipasangnya kupat dan lepet ini diatas pintu-pintu rumah mereka . Tujuan dari pemasangan tersebut adalah sebagai tanda bukti rasa syukur pemilik atas rezeki yang telah diberikan tuhan pada mereka. Selanjutnyapada pagi hari bada kupat di Masjid-masjid dan Musholla kampung mengadakan selamatan bersama dengan membawa kupat , lepet beserta lauk pauknya yang kemudian didoakan bersama dan di makan bersama-sama.

Pesiar Ke Laut

Selain selamatan kupat dan lepet ada satu tradisi lagi yang berkaitan dengan bada kupat adalah pesiar ke laut atau orang lazim menyebutnya Lomban.Oleh karena itu pada hari bada kupat ini obyek wisata pantai akan ramai dikunjungi pelancong dari berbagai tempat. Untuk Daerah Jepara pantai yang digunakan sebagai ajang pesta lomban adalah Pantai Kartini Jepara.Dinas Pariwisata Jepara mengemas pesta Lomban ini sebagai even tahunan dengan acara sedekah laut dan perang ketupat dan lepet ditengah laut. Selain Pantai Kartini Jepara tempat lain yang banyak mendapat kunjungan wisatawan adalah Pantai Tirto Samudra Bandengan, dan juga Pantai Teluk Awur Jepara.

Sementara itu Pesta Lomban atau sedekah laut untuk kabupaten Demak dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 27 September 2009 bertempat di pantai Moro dengan ritual larung sesaji dari atas perahu oleh sesepuh nelayan.Selain itu Pada prosesi tersebut direncanakan ada arak-arakan prawiro tamtomo yang diiring oleh prajurit Patiunus. Kemudian juga ada iring-iringan penjor dan kembang manggar dalam rangka penyambutan bupati dan muspida Demak.

Kepala Dinas Pariwisata Demak Suwadi menuturkan, agar syawalan tahun ini lebih memiliki greget dan dihadiri banyak pengunjung, maka berbagai kegiatan yang dilaksanakan bakal dikemas lebih menarik. Di antaranya akan dilaksanakan sejumlah lomba yang melibatkan banyak peserta, seperti lomba perahu hias, dayung perahu tradisional, panjat pinang, renang dan lomba tangkap bebek.

Selain dua daerah diatas yang memeriahkan kupatan , daerah pantai lainnya juga tak kalah meriahnya. Bagi pembaca yang belum pernah melihat meriahnya pesta lomban atau kupatan ini bisa datang ke pantai untuk ikut lomban ke tengah laut

Demak, 26 September 2009

Salam Kompasiana

i

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun