Mohon tunggu...
FATKHUL MUIN
FATKHUL MUIN Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Belum Punya Pacar Sendiri, Pak !!!

22 September 2009   00:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:42 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lebaran kali ini anakku  pulang dari Pondok Pesantren . Memang setelah lulus dari Sekolah Dasar Anakku yang pertama putri aku sekolahkan di Madrasah yang ada Pondok Pesantrennya. Kebetulan yang mempunyai Pondok Pesantren adalah adik saya  sendiri. jarak rumah saya dengan Pondok pesantren cukup jauh untuk sekali pergi saja membutuhkan waktu seharian, sehingga setahun pulang ke rumah paling banyak 4 - 5 kali . Memang ketika memutuskan anak di pondok pesantren berat rasanya, selain masih kecil juga kasihan tentunya akan kekurangan kasih sayang. Namun dalam hati saya yang paling dalam ada rasa haru karena syukur setelah hampir tiga tahun menjalani sekolah dan kegiatan rutin di pondok pesantren tidak ada hal yang menghawatirkan perkembangan jiwanya.

Seperti biasanya sehabis sholat ied kita melakukan kegiatan rutin bersilaturahmi ke orang tua , saudara dan tetangga. Seluruh anggota keluarga termasuk anakku yang sulung juga aku ajak untuk berkeliling mohon maaf kepada khalayak. Waktu telah beranjak sore anakku dijemput teman-teman SDnya dulu untuk diajak bersilaturahmi ke teman dan gurunya dulu. Sebenarnya aku akan melarang kepergian anakku yang katanya pergi untuk silaturrahim , karena dalam hati saya ada perasaan tidak enak saja. Namun karena aku kasihan , akupun mengijinkan dia untuk pergi dengan catatan jangan pulang terlalu malam.

Habis isyak anakku belum pulang , tunggu aku tunggu baru nongol pulang setelah jam sepuluh malam . Dengan kesal aku tanyai dia mengapa pulangnya sampai larut malam melewati jam yang telah aku tentukan. Jawabnya simple saja aku terjebak dengan prilaku teman-temanku , lho kok begitu kataku agak setengah marah. Dengan terbata-bata dia menceritakan kondisi temannya-temannya di SD dulu kini telah jauh berubah, meski baru duduk di bangku SMP saja sudah pacaran, Pacarannyapun sudah kelewat batas  berduaan di tempat yang gelap dan ada juga yang naik motor kebut-kebutan lagi. Dan dia mengatakan teman-temannya di SD semua telah mempunyai pacar , dan merasa bangga bila mempunyai pacar . Dan dia sendirilah yang belum mempunyai pacar karena terbelenggu oleh rutinas kegiatan di sekolah dan Pondok Pesantren.

Setelah mendengar cerita anaksaya tersebut berangsur-angsur marahku jadi hilang berubah menjadi kebanggaaan atas keputusanku dulu memasukkan anakku di Pondok Pesantren. Inilah buah yang telah dapat kami petik setelah hampir tiga tahun menunggu jawaban. Andaikan anakku tidak aku pondokkan tentu akan mengalami hal yang sama yaitu terjebak oleh pergaulan bebas yang akan merusak masa depan mereka.

Sebelum berangkat tidur sekali lagi aku katakan pada dia , meskipun kamu belum punya pacar , bapak merasa bangga dan senang . Nanti setelah tiba waktunya tentu tidak ada larangan. Yang terpenting sekarang adalah belajar yang giat untuk meraih cita-cita .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun