Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara MBG dan Kantin Sekolahku

27 September 2025   10:35 Diperbarui: 27 September 2025   10:35 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terletak di sudut belakang sekolah. Bangunan dengan ukuran kurang lebih panjang 6 meter dan lebar 2 meter dikapling menjadi 3 petak. Masing-masing petak atau kios digunakan untuk berjualan jajanan anak sekolah dengan menu yang berbeda-beda.

Masih jauh dari kata sempurna jika disebut sebagai kantin. Tepatnya hanya "emplek-emplek" sekadar untuk memfasilitasi kebutuhan jajan anak-anak di sekolah. Namun keberadaan kantin sederhana ini ternyata cukup membantu pihak sekolah. Anak-anak tidak perlu keluar area sekolah untuk membeli jajanan. Di samping itu kualitas dan keamanan jajanan juga mudah dikontrol.  

Perlu diketahui sekolah kami terletak di pinggir jalan provinsi yang cukup ramai. Jika anak-anak jajan di luar ada yang harus menyeberang jalan. Ini cukup membahayakan. Harus ada petugas khusus yang membantu menyeberangkan anak. Padahal jumlah tenaga yang ada sangat terbatas.

Sebagai satu-satunya sekolah negeri yang berada di pusat kota kecamatan jumlah guru yang ada tidak lengkap. Dengan 6 rombel sekolah hanya mempunyai 4 guru kelas, 1 guru mapel dan 1 kepala sekolah dengan status ASN. Beruntung masih ada beberapa tenaga honorer yang mau mengabdikan dirinya untuk melengkapi kekurangan tenaga baik sebagai guru maupun tenaga kependidikan lainnya.

Itulah sebabnya jika guru harus mengawasi ratusan anak yang keluar masuk membeli jajanan cukup merepotkan. Keberadaan kantin ala kadarnya di sekolah mampu mengatasi permasalahan tersebut. Anak-anak tidak perlu keluar lingkungan sekolah untuk membeli jajanan.

Namun yang tak kalah penting adalah pengawasan terhadap kualitas makanan. Meskipun kantin dikelola secara sederhana tetapi kualitas makanan tetap terjaga. Puluhan tahun saya mengajar di sekolah ini tidak pernah ada kejadian istimewa (seperti keracunan) yang disebabkan karena mengonsumsi jajanan di kantin sekolah.

Kondisi tersebut sangat ironis jika dibandingkan dengan program pemerintah yang bernama Makan Bergizi Gratis (MBG). Program unggulan yang menelan anggaran milyaran itu ternyata ada masalah dalam praktiknya. Konon hingga saat ini sudah ribuan anak mengalami keracunan karena menyantap menu yang disajikan oleh beberapa dapur MBG di berbagai daerah.

Lantas, mengapa hal itu terjadi? Tidak mudah untuk menjawab permasalahan tersebut. Sebenarnya program ini sangat bagus. Namun persiapan yang kurang matang dengan cakupan penerima manfaat yang sangat banyak memungkinkan berbagai hal terjadi. Ada banyak kepentingan yang saling bersingungan dalam program ini. Mbuhlah, Ruwet!

Saya hanya bisa membayangkan mungkin masalahnya tidak seruwet saat ini andaikan anggaran MBG dikelola sekolah. Program diberikan dalam bentuk uang seberti dana BOS dan dikelola oleh kantin sekolah. Saya kira tidak mungkin mbok-mbok pengelola kantin akan meracuni anaknya sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun