Mohon tunggu...
Herman R. Soetisna
Herman R. Soetisna Mohon Tunggu... -

Pelopor ergonomi industri terapan di Indonesia untuk peningkatan level K3, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan "quality of working life" ini -katanya- pernah bersekolah di Teknik Industri ITB, Université des Sciences Humaines de Strasbourg, dan Université Louis Pasteur, Strasbourg-France. Sekarang Om-G [G=Ganteng, hehehe jangan protes ya...], bekerja sebagai dosen di ITB dan Peneliti Senior di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi di ITB. Untuk yang ingin mengontak Om-G, silakan kirim e-mail via hermanrs@ti.itb.ac.id Wass, HrswG.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Beberapa "Cerita Aneh-aneh" pada Saat Berhaji

23 Agustus 2017   09:34 Diperbarui: 23 Agustus 2017   10:03 12894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ceritanya pada suatu saat mereka kepikiran tentang temannya tadi. Kebetulan saat itu sudah masuk waktu shalat, dan dia lalu shalat. Pada saat salam, eh temannya yang dicari tadi ternyata persis berada di sebelah tempat dia shalat dan temannya itu tadinya sama sekali tidak memperhatikan bahwa di dekat situ ada dia. Wallahu alam bissawab.

Om-G sendiri pernah mengalami hal yang serupa. Pada saat sebelum berangkat, Om-G  mendengar kabar bahwa ada teman yang tetanggaan pada saat di Strasbourg sedang berhaji pada tahun 2010 pula [Hallo Mabak Dede dan Om Johny Wahyuadi, apa kabar? Semoga sehat selalu ya...]. Pada saat itu setelah membeli pulsa telepon, dan sedang menunduk karena melihat-lihat kartu pulsa untuk memeriksanya, lhadalah tiba-tiba Om-G teringat pada mereka. Dan cling... pada saat menegakkan kepala, eh mereka berdua ada di depan mata dan menyapa Om-G. Kebetulan? Ah rasanya terlalu naif untuk berpikiran seperti itu...

Ada lagi cerita yang lebih "serius"... Beberapa hari sebelum berangkat haji 'kan biasa kalau orang mengadakan syukuran, demikian pula kami. Entah karena tidak terbiasa duduk bersila terlalu lama, eh pinggang Om-G "kecetit",sakiiit banget! Cukup serius, sampai-sampai bahkan pada saat berangkat dan berhari-hari setelahnya terpaksa harus memakai "korset" (kecuali pada saat memakai pakaian ihram, tentunya...). [Untuk jalan sih normal-normal saja, ndak sakit, tapi untuk duduk bersila tidak bisa lama-lama, tidak bisa lebih dari lima menit]. 

Lha bagaimana ini, 'kan antar waktu shalat cukup lama? Ternyata mudah saja solusinya. Di sebuah toko dekat Masjidil Haram Om-G membeli kursi lipat berkaki tiga untuk diduduki, ringan dan mudah dibawa-bawa. Ndak mahal juga kok, hanya 125 real. Jadi setiap kali ke Masjidil Haram, Om-G membawa-bawa sang kursi lipat tadi untuk diduduki pada saat antar waktu shalat. Nah tapi agar tidak mengganggu orang lain, pada saat Thawaf mah ya diletakkan di tempat tertentu yang tidak mengganggu. Selesai Thawaf ya tinggal diambil lagi, beres...

Eh waktu mau naik bis untuk berangkat ke Arafah, ternyata sang kursi lipat tertinggal di pemondokan, padahal rumah sudah keburu dikunci oleh penjaganya dan dia sudah pergi. Lha bagaimana ini, 'kan pada saat wukuf di Arafah kita wirid berjam-jam antara Zuhur dan Magrib? Ya sudah, Om-G lapor saja kepada petugas dari KBIH. Ternyata mudah saja, pihak KBIH bisa meminjamkan kursi untuk dipakai pada saat wukuf di Arafah. Beres...

Setelah selesai melempar jumroh dan kembali ke pemondokan di Mekah, kami kembali ke acara sehari---hari. Pada saat Thawaf, seperti sebelum-sebelumnya, kursi lipat ditinggal di tempat biasa, yang tidak terlarang. Setelah Thawaf dan mau mengambil  kembali sang kursi, lha dicari-cari kok ndak ada, hilang... Waduh bagaimana ini? Ya sudah, Om-G berdoa saja. Kira-kira doanya seperti ini: "Ya Rab, saya ikhlas kursi yang saya perlukan ini hilang. Tetapi kalau boleh hamba memohon, hamba ingin sembuh, ya Allah...". Apa yang terjadi? Setelah itu, tanpa disadari, eh kok Om-G sanggup duduk bersila berjam-jam tanpa merasa sakit. Alhamdulillah, terima kasih banyak ya Allah...


Cerita terakhir, ini yang lebih "gawat". Kakak kandung Om-G bercerita bahwa pada saat berhaji ada seorang temannya sekloter yang mempunyai "kasus" yang sangat istimewa, yang membuat kakak Om-G sangat terkejut. Sang teman bercerita bahwa saat itu adalah yang kesembilan kalinya dia berhaji [Tidak seperti sekarang, pada waktu itu mah kita masih bisa berangkat haji pada setiap tahun berturut-turut..]. 

Kenapa sampai sembilan kali segala? Ternyata penyebabnya adalah karena dia penasaran. Waktu masuk ke Masjidil Haram dan lalu melakukan Thawaf, dia bilang dia tidak melihat Ka'bah! Astagfirullah... Jadi dia hanya ikut-ikutan saja ber-Thawaf, sambil bingung sendiri, kenapa dia tidak bisa melihat Ka'bah yang ukurannya sebesar itu! Mau bilang ke orang lain, dia malu... Untungnya, mungkin karena merasa 'dekat', dia curhat kepada kakak Om-G. Tentu saja kakak Om-G sangat terkejut. Lalu karena merasa bahwa hal ini merupakan hal yang sangat serius, dia melaporkepada Pak Ketua KBIH-nya. 

Pak Ketua KBIH langsung bertindak, beliau berbicara empat mata secara halus dengan si 'korban' tadi. Kakak Om-G tidak tahu apa yang mereka bicarakan, dan tidak tahu apa yang kemudian dilakukan oleh temannya tadi. Yang jelas, sang teman kemudian minta tolong kepada kakak Om-G untuk mengantarnya ke Masjidil Haram untuk melakukan Thawaf. Dan, pada saat itu untuk pertama kalinya dia berhasilmelihat Ka'bah! Subhanallah... Sang teman sampai menangis tersedu-sedu karena merasa sangat terharu bahwa pada akhirnya dia diperkenankan untuk dapat melihat Ka'bah dengan mata-kepalanya sendiri...

Demikian beberapa cerita "aneh-aneh" yang bisa Om-G ceritakan. Sekali lagi, insya Allah semua yang diceritakan tadi benar-benar terjadi. Paling tidak, yang Om-G yakini bahwa itu benar-benar terjadi...

Tapi menurut Om-G mah, seperti yang dikemukakan oleh Pak Utadz Ali, Ketua KBIH nya Om-G pada saat itu, Om dan Tante tidak usah takut untuk berhaji. Tidak usah takut dan tidak usah ragu-ragu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun