Mohon tunggu...
Ollga Saraswati
Ollga Saraswati Mohon Tunggu... TNI AU SPECIAL CORPS

Berani mencari seribu alasan untuk menang, bukan seribu alasan untuk tidak mencoba.

Selanjutnya

Tutup

Politik

World's Conflic

28 Juli 2025   12:00 Diperbarui: 28 Juli 2025   12:02 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis KonflikSumber: Ollga Saraswati 2025

PENDAHULUAN

Sejak runtuhnya Uni Soviet pada 1991, dunia meninggalkan struktur bipolaritas dengan AS dan USSR sebagai kutub kekuatan utama yang meski penuh konflik proxy, relatif stabil berkat doktrin saling pencegahan dan batasan aliansi yang jelas. Singkat kemudian, tatanan beralih ke fase unipolaritas, di mana Amerika Serikat tampil sebagai satusatunya superpower global, mendominasi militer, ekonomi, dan institusi internasional seperti WTO dan PBB. Meski menawarkan stabilitas hegemoni, era ini juga penuh kritik akibat intervensi unilateral misalnya di Irak dan Afganistan yang menyiratkan risiko kekuasaan tanpa kontrol. Kemudian, krisis ekonomi global 2008 dan kebangkitan kekuatan seperti China, India, Rusia, Brasil, serta kekuatan regional seperti Indonesia dan Turki, menandai dimulainya transisi menuju multipolaritas.

Kini, kekuasaan global semakin tersebar ke banyak aktor, dengan Cina dan Rusia mendorong narasi multipolar untuk menciptakan alternatif tatanan Barat, sementara institusi global melemah di hadapan diplomasi pragmatis dan kompetisi teknologi. Sistem multipolar ini menghadirkan dinamika lebih kompleks: jaringan aliansi fleksibel, persaingan teknologi dan ekonomi, serta risiko mispersepsi tinggi karena banyaknya pusat kekuatan dan kepentingan nasional yang bersaing. Para realist memperingatkan ketidakstabilan, manifest dalam fenomena seperti "chainganging" dan "buckpassing," di mana negara besar dan menengah bisa terseret ke konflik regional atau menahan diri secara oportunis. Namun di sisi lain, multipolar membuka peluang diplomasi lebih inklusif dan distribusi kekuasaan yang lebih adil dengan negara-negara seperti Indonesia, Brazil, dan anggota BRICS+ kini memainkan peran penyeimbang dalam negosiasi global.

Dahulu dunia terbagi antara dua kekuatan besar (AS vs Uni Soviet), kini situasi lebih kompleks kekuatan dunia tersebar di banyak pusat AS, China, Rusia, India, dan negara AsiaAfrika lainnya ditambah aktor nonnegara (perusahaan besar, milisi, dll). Dunia pasca Perang Dingin kini memasuki era multipolar, bukan bipolar. Tidak hanya dua kekuatan tunggal, melainkan tiga blok utama: Blok Barat (NATO & sekutu), Blok Timur (BRICS & SCO), dan Blok Tengah (negara nonaligned/netral). Ketiga blok memainkan peranan berbeda dalam konflik klinis yang saat ini terjadi seperti perang Rusia-Ukraina, ketegangan Taiwan-China dan konflik Israel-Iran.

 

PENGARUH INTERNASIONAL

1. Blok Barat (AS, NATO, UE)

Ekonomi

  • Harga energi & inflasi global
    Konflik Timur Tengah (Israel-Iran) menaikkan harga minyak; Brent sempat naik 10--14% dalam hitungan hari. Ini menimbulkan risiko stagflasi di Barat meskipun saat ini pasar masih relatif stabil berkat cadangan energi dan energi terbarukan.
  • Pasar modal & perdaganganKetika AS "turun tangan" ke konflik, saham defensif (pertahanan, energi) naik, sementara saham konsumer dan maskapai turun. Libatkan rangsangan keuangan dan volatilitas tinggi.
  • Belanja pertahanan meningkat
    Eropa memanfaatkan krisis untuk mempercepat reformasi belanja militer-menghapus "debt brake", joint borrowing, dan penguatan rantai pasok belahan pertahanan.

Militer

  • Modernisasi dan aliansi strategis
    Program seperti F-35, drone, AI & cyber meningkat. NATO memperluas ke Indo-Pasifik lewat latihan bersama
  • Deterrence dan proyeksi kekuatan
    Barat menguatkan kehadiran militer di Eropa Timur, Baltik, Indo-Pasifik sebagai respon terhadap "grey-zone" dari Kremlin dan Beijing.

2. Blok Timur (Rusia, China, Iran)

Ekonomi

  • Resiliensi & diversifikasi ekonomi
    Meskipun terkena sanksi Barat, Rusia dan China memperkuat rantai pasok alternatif mengekspor energi & bahan kimia ke blok selatan, perkuat ekspor teknologi.
  • Gangguan pasokan global
    Rusia--Ukraine menyebabkan kenaikan harga pangan & energi global, paling menyiksa negara berkembang yang berdampak balik ke blok Timur dalam bentuk inflasi & ketidakstabilan sosial.

Militer

  • Modernisasi dan aliansi strategis
    Program seperti F-35, drone, AI & cyber meningkat. NATO memperluas ke Indo-Pasifik lewat latihan bersama
  • Deterrence dan proyeksi kekuatan
    Barat menguatkan kehadiran militer di Eropa Timur, Baltik, Indo-Pasifik sebagai respon terhadap "grey-zone" dari Kremlin dan Beijing.

3. Blok Tengah (India, Turki, Brasil, ASEAN, Global South)

Ekonomi

  • Negara-negara Blok Tengah mengambil posisi netral atau fleksibel untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dari kedua blok, seperti membeli energi murah dari Rusia dan tetap menjalin kerja sama dagang dengan Barat.
  • Fokus pada pembangunan ekonomi domestik dan memperluas kerja sama dengan kawasan seperti Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tengah.
  • Lonjakan harga pangan dan energi akibat konflik global sangat membebani fiskal dan sosial, terutama di negara dengan ketahanan ekonomi lemah.
  • Meningkatnya kesadaran untuk memperkuat sektor manufaktur, digitalisasi ekonomi, dan pengurangan ketergantungan pada impor strategis.

Militer & Keamanan

  • Negara seperti India dan Turki meningkatkan produksi dalam negeri (misalnya jet, rudal, drone), guna menjaga kemandirian dan pengaruh regional.
  • Blok Tengah cenderung menghindari aliansi tetap, tetapi tetap meningkatkan kesiapsiagaan militer menghadapi ketidakpastian global.
  • Melakukan latihan militer dan pembelian senjata dari berbagai pihak (Barat maupun Blok Timur), memperkuat posisi tawar global.
  • Aktif dalam forum multilateral seperti G20, BRICS+, ASEAN, dan SCO untuk menjaga stabilitas kawasan dan memperjuangkan kepentingan negara berkembang.

 

Infografis Cold War Sumber : Ollga Saraswati 2025
Infografis Cold War Sumber : Ollga Saraswati 2025

KESIMPULAN

Era pasca Perang Dingin bukan hanya bergeser dari bipolar menjadi unipolar, tapi telah berubah menjadi sistem multipolar. Tiga blok global telah terbentuk: Blok Barat (NATO & sekutu), Blok Timur (BRICS, SCO, autokrasi), dan Blok Tengah (non-aligned/neutral). Blok Tengah terdiri dari kekuatan pragmatis seperti India, Turki, dan negara Global South yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan global. Konflik terkini perang Rusia--Ukraina, ketegangan China-Taiwan, konflik Israel-Iran menggambarkan betapa dinamis dan kompleksnya geopolitik dunia multipolar. Blok Barat semakin memperkuat aliansi dan modernisasi militer Blok Timur memperluas integrasi dan diversifikasi pasokan sementara Blok Tengah secara fleksibel mengelola kepentingan nasional dan multilateralitas yang inklusif. Risiko konflik meningkat akibat salah tafsir, rivalitas teknologi, dan kerentanan institusi global. Walaupun banyak yang memandang multipolaritas sebagai rawan konflik, ada juga yang melihat era ini sebagai kesempatan untuk diplomasi yang lebih adil dan representative dengan negara berkembang memiliki suara kuat dalam memetakan sistem global masa depan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun