D. Peran Pemerintah dan Kolaborasi Multi Pihak
Pemerintah Indonesia telah menempatkan penurunan stunting sebagai prioritas nasional dengan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di tingkat pusat hingga desa. Kntervensi yang dilakukan dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
1. Intervensi Spesifik : Ditujukan langsung kepada penyebab biologis stunting, seperti pemberian makanan tambahan (PMT), tablet tambah darah, imunisasi lengkap, dan pemantauan pertumbuhan anak melalui Posyandu.
2. Intervensi Sensitif : Menyasar faktor lingkungan dan sosial seperti perbaikan sanitasi, penyediaan air bersih, perlindungan sosial bagi keluarga miskin, serta pendidikan gizi melalui media massa dan sekolah (tersedia juga program makan siang gratis dari peemrintah). Selain pemerintah, peran sektor swasta dan lembaga non-pemerintah juga sangat penting. Beberapa perusahaan telah menginisiasi program CSR dalam bidang gizi dan kesehatan ibu-anak.
LSM dan komunitas lokal juga memainkan peran penting dalam menjangkau kelompok masyarakat rentan yang sering luput dari perhatian program pemerintah. Namun, terdapat sejumlah tantangan besar yang harus diatasi, antara lain :
1. Kurangnya integrasi program antar-sektor, sehingga pendekatan penanggulangan stunting masih bersifat terfragmentasi.
2. Minimnya monitoring dan evaluasi di lapangan, menyebabkan kesulitan dalam menilai efektivitas program.
3. Belum optimalnya pemanfaatan data desa dan pemetaan keluarga berisiko stunting, yang menyebabkan intervensi tidak tepat sasaran. Kolaborasi multi pihak yang melibatkan tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dunia pendidikan, sektor swasta, dan keluarga menjadi kunci keberhasilan. Strategi seperti yang dikembangkan oleh pemerintah pusat harus benar-benar diimplementasikan secara menyeluruh hingga ke tingkat desa.
KESIMPULAN
Stunting memiliki dampak serius terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar anak. Kekurangan gizi pada masa awal kehidupan, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), mengganggu perkembangan otak dan menyebabkan keterlambatan fungsi kognitif seperti konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan bicara. Anak-anak stunting juga cenderung memiliki pencapaian akademik yang rendah, keterbatasan interaksi sosial, dan kerentanan psikologis. Dalam rangka panjang, stunting dapat menurunkan kualitas hidup serta potensi produktivitas ekonomi individu, sehingga memperbesar risiko terjadinya kemiskinan antargenerasi. Upaya pencegahan stunting memerlukan pendekatan yang komprehensif melalui intervensi gizi, edukasi keluarga, perbaikan sanitasi lingkungan, dan kolaborasi lintas sektor. Intervensi harus dimulai sejak masa remaja dan kehamilan, dengan fokus pada pemberian ASI eksklusif, MP-ASI bergizi, serta penerapan pola hidup bersih dan sehat. Pemerintah telah merancang strategi nasional melalui intervensi spesifik dan sensitif, namun masih menghadapi tantangan seperti kurangnya koordinasi, pemanfaatan data, dan evaluasi berkelanjutan. Oleh karena itu, keberhasilan penurunan stunting sangat bergantung pada sinergi berbagai pihak dalam kerangka kolaborasi pentahelix yang melibatkan keluarga, masyarakat, sektor swasta, tenaga kesehatan, dan lembaga pemerintah. Penanganan stunting bukan hanya agenda kesehatan, melainkan investasi untuk masa depan bangsa.
SARAN