Akhir- akhir ini #Kabur Aja Dulu yang ramai diperbincangkan di media sosial mencerminkan keresahan anak muda. Hastag ini bukan hanya sekedar tren, tagar ini menunjukkan bagaimana banyak orang terutama anak muda merasa terjebak dalam lingkungan yang penuh tekanan, gaji yang tidak sebanding dengan beban pekerjaan, tuntutan pengalaman yang berlebihan bagi fresh graduate. Selain itu, angka pengangguran yang masih tinggi, terutama kalangan lulusan perguruan tinggi, membuat pilihan untuk bekerja di luar negeri menjadi pilihan yang terbaik.
Dikutip dari Kompas.com (17/02/2025) respon Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer Gerungan soal hastag kabur aja dulu: Kabur sajalah, kalau perlu jangan balik lagi, wamenaker menekankan kementerian mengabaikan hal tersebut. Pernyataan ini memicu perdebatan karena dianggap tidak mencerminkan upaya pemerintahan untuk memperbaiki kondisi ketenagakerjaan di dalam negeri.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menilai munculnya fenomena ini menjadi suatu tantangan bagi pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Menurut Menaker hastag tersebut merupakan keinginan untuk merantau bukan kabur karna melihat kesempatan kerja di luar negeri yang lebih terbuka https://nasional.kompas.com (17/02/2025).
Dampak dari "Kabur Aja Dulu"
Jika semakin banyak orang memilih untuk "kabur" dan memilih bekerja di luar negeri, Indonesia akan mengalami brain drain, yaitu kehilangan sumber daya manusia unggul yang seharusnya bisa berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Peningkatan ketimpangan sosial dan ekonomi, tidak semua orang memiliki kesempatan untuk bekerja di luar negeri. Mereka yang tetap bertahan harus menghadapi persaingan kerja yang ketat dan kondisi kerja yang belum ideal, yang berdampak memperlebar kesenjangan sosial dan ekonomi.
Menurunnya daya saing industri nasional, jika talenta terbaik lebih memilih bekerja di luar negeri banyak perusahaan di dalam negeri akan kesulitan mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas, akibatnya industri nasional akan tertinggal disbanding dengan negara lain.
Ketergantungan pada tenaga kerja asing, jika tenga kerja yang terampil memilih ke luar negeri perusahaan- perusahaaan dalam negeri mungkin harus merekrut tenaga kerja asing untuk mengisi posisi strategis.
Menurunnya inovasi dan produktivitas, orang yang memilih bekerja di luar negeri akan membawa ide -ide yang inovatif ke negara lain, sementara Indonesia kehilangan potensi inovasi yang seharusnya bisa mempercepat menuju ke Indonesia emas.
Sistem Ketenagakerjaan
Untuk mengatasi fenomena ini pemerintah perlu melalukan reformasi sistem ketenagakerjaan agar bekerja di indonesia menjadi pilihan yang menarik. Hal yang pertama yang perlu dilakukan adalah meninjau Kembali kebijakan upah minimum dan memastikan kesejahteraan pekerja melalui jaminan sosial, tunjangan kesehatan, dan fasilitas kerja yang layak.
Kedua, peningkatan akses dan kesempatan kerja bagi fresh graduate, menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kualitas pendidikan dan kesesuaian dengan kebutuhan industri, fleksibilitas dan perlindungan bagi pekerja di era digital.
Ketiga, untuk mengatasi brain drain, pemerintah bisa memberikan intensif bagi tenaga kerja yang kembali ke Indonesia, seperti kemudahan membuka usaha yang bisa mereka manfaatkan.
Bagi individu, bekerja di luar negeri dapat menjadi peluang berharga untuk mengasah keterampilan dan memperluas pengalaman. Namun yang paling penting adalah bagaimana pengalaman tersebut dapat dibawa Kembali ke tanah air guna membangun Indonesia yang lebih maju. Dengan perbaikan seluruh sistem ketenagakerjaan yang menyeluruh dan dukungan kebijakan yang pro-rakyat, diharapkan semua generasi muda dapat menemukan jalan untuk berkembang tanpa harus meninggalkan negara yang tercinta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI