Mohon tunggu...
William Oktavius
William Oktavius Mohon Tunggu... Lainnya - Welcome to my opinion :)

Just Do It

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

19 Tahun Berkelana, Thomas Cup Kembali Mampir ke Ibu Pertiwi

18 Oktober 2021   06:00 Diperbarui: 18 Oktober 2021   06:04 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Getty Images. 

Lawan Indonesia di final sudah menanti. China lagi, China lagi. Tanpa membawa beberapa pemain unggulannya, China masih mampu melaju ke babak final setelah mengandaskan Jepang dengan skor 3-1. 

Ini adalah pertandingan klasik antara negara pemegang piala Thomas terbanyak (Indonesia, 13 kali juara), dengan sang juara bertahan (China, 10 kali juara, terakhir di edisi 2018). Adu strategi pun terjadi, pihak Indonesia mengejutkan banyak orang ketika terjadi perombakan di ganda putra. 

Pertandingan final dimulai. Anthony Sinisuka Ginting yang turun di partai pembuka berhasil menyumbangkan poin pertama untuk tim Indonesia. Berhadapan dengan Lu Guangzu, Ginting harus bermain rubber set sebelum memastikan kemenangan jatuh ke tangan Indonesia. Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juga ikut memperlebar jarak antara Indonesia dengan China setelah berhasil menang dalam pertandingannya. Jonatan Christie pun tidak mau ketinggalan. Bermain tiga set, Jonatan berhasil membuat Indonesia mencetak sejarah baru di Aarhus, Denmark. 

Rasa rindu pun akhirnya terbayarkan. Piala Thomas berhasil diangkat oleh tim Indonesia. Hendra Setiawan, kapten tim Thomas Cup Indonesia, mengangkat tropi kebanggaan itu setelah diserahkan oleh pihak BWF. 

Saling bergantian memegang piala beregu bergengsi itu, setiap pemain merasa bangga karena telah berhasil berkontribusi dalam meraih gelar tertinggi untuk kategori beregu putra. Terlebih, Indonesia terakhir kali mengangkat piala ini di tahun 2002. 

Semua pemain yang pernah mengangkat piala itu telah pensiun. Jadi, pemenang di Thomas Cup kali ini adalah wajah baru semua yang tentunya ini menjadi pengalaman pertama bagi semua atlet saat mengangkat piala ini. 

Bahkan, Hendra Setiawan yang sudah delapan kali berpartisipasi dalam ajang beregu ini, akhirnya bisa memegang tropi ini setelah sekian kali percobaan. Indonesia Raya pun akhirnya bisa berkumandang di negara lain. 

Namun, ada satu hal yang sedikit mengganjal di hati. Saat Indonesia Raya berkumandang di Ceres Arena, bendera Merah Putih tidak hadir. Bendera PBSI yang muncul di sana. 

Ini merupakan dampak dari sanksi yang dikeluarkan oleh WADA (World Anti-Doping Agency) kepada Indonesia akibat LADI (Lembaga Anti-Doping Indonesia) tidak menjalankan regulasi doping yang sudah ditentukan. 

Tentu saja ini merupakan tamparan keras kepada pemerintah, khususnya kemenpora dan tim LADI karena tidak bekerja dengan serius untuk menanggapi masalah ini. Sanksi ini tentunya harus dianggap sebagai masalah serius. 

Atlet yang berjuang untuk menaikkan bendera Merah Putih tentunya penuh pengorbanan. Jangan sampai jadinya kita harus gigit jari akibat bendera kebangsaan kita tidak boleh dikibarkan di negeri orang akibat kelalaian kita sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun