Mohon tunggu...
Oktavia Hadianingsih
Oktavia Hadianingsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Prakarya di SMP Negeri Satu Atap 3 Palangka Raya, hobi membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Donor Darah Perdana di Usia Muda

30 Mei 2022   22:00 Diperbarui: 30 Mei 2022   22:06 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
    Donor darah perdana pada kegiatan baksos kampus (Dokpri)

Sedari kecil, anak bungsu saya yang biasa dipanggil Zeta sering ikut menemani ayahnya melakukan donor darah rutin di PMI Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.  

Awalnya senang menemani karena Zeta menginginkan bingkisan untuk pendonor darah menjadi jatahnya , lama-lama Zeta pun jadi terinspirasi ingin jadi pendonor darah juga. 

Terlebih sejak Zeta tahu bahwa golongan darah AB itu  'langka'. Sebagai orang tua kami pun selalu memberikan motivasi dan menjaga agar keinginannya menjadi pendonor darah rutin bisa terwujud ketika syarat umur minimal tercapai.

Ketika syarat umur terpenuhi, ketika menemani ayahnya mendonorkan darahnya, kamipun mencoba untuk memotivasinya agar ikut mendonorkan darahnya juga. 

Beberapa kali sudah diniatkan akan mencoba selalu gagal. Kegagalan lebih kepada rasa takut berlebihan terhadap jarum suntik , kamipun tak bisa memaksanya. Memang benar adanya, memulai sesuatu itu memang sulit. 

Setahun terakhir ini, setelah menjadi mahasiswa di Fakultas Kehutanan UGM, Zeta beberapa kali mencoba ikut aksi donor darah yang diadakan di kampusnya. Namun niat baik tersebut belum kesampaian juga. Kegagalan melakukan donor darah dikarenakan Hb darah yang tidak memenuhi syarat (rendah).

Dan hari Senin (20/05/2022), pada usia 18 tahun 4 bulan, Zeta berhasil melakukan donor darah perdananya.  Euforia keberhasilan melakukan aksi donor darah pun sampai ke kami, melalui grup WA keluarga inti, lengkap dengan bukti foto-fotonya . 

Maklum, perlu usaha ekstra untuk mengalahkan ketakutan terhadap jarum suntik dan Hb darah yang sering rendah, terlebih setelah menjadi mahasiswa yang ngekost dengan berbagai kesibukannya, sering begadang meski 'pelor' (nempel molor) alias gampang tidur. Makan juga mungkin diirit-irit meski dari body tidak tampak. 

Oh ya, soal pelor ini sering dapat cerita waktu Zeta sekolah SMK Kehutanan Samarinda, di kelas saat pelajaran, di lapangan sekolah saat briefing, bahkan  nempel/bersandar pada pohon ketika praktik di hutan pun bisa tidur, apalagi kalau nempel bantal,  pokoknya bisa tidur kapanpun dan di manapun, like father like daughter.

Kembali ke aksi donor darah, "Nggak sakit kan, cuma kayak digigit semut?", tanya Ayah Zeta . "Iya, semut sekecamatan", jawab Zeta . "Sakit banget, tau", lanjut Zeta. Sebagai senior pendonor darah,  ayahnya tidak lupa memberikan nasihat,  "Kalau standarnya boleh 2 bulan sekali, untuk anak kost ya 3-4 bulan sekali nggak apa-apa ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun