Mohon tunggu...
AC Oktavia
AC Oktavia Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar peduli

Memberanikan diri berbagi, setelah terlalu lama hanya mengeluh dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku Tidak Melihatmu Sebagai Seorang Perempuan

12 Oktober 2022   13:49 Diperbarui: 13 Oktober 2022   09:04 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Beberapa saat yang lalu, saya memutuskan untuk mengajak sahabat laki-laki saya mengubah jenis hubungan kami. Dari persahabatan ke pasangan romansa. Namun seperti banyak hubungan friendzone lainnya, hubungan pertemanan kami pun ternyata kekal dan tidak bisa diubah. Meski saya memang sudah menyiapkan hati untuk penolakan itu, ternyata ada satu kalimat darinya yang masih membekas hingga berbulan-bulan kemudian. "Aku tidak melihatmu sebagai seorang perempuan," katanya.

Pernyataan itu membuat saya merasa kebingungan untuk waktu yang lama. Bagaimana tidak? Justru di bulan-bulan sebelum itu, saya sesungguhnya berbenah untuk menjadi lebih "perempuan". Setelah usai masa-masa bergelut di hutan---saya seorang mahasiswa fakultas kehutanan dan ikut kegiatan pecinta alam pula---saya mulai membenahi gaya berpakaian saya. Saya perlahan belajar merawat diri dan merias diri. Lebih lagi, saya banyak berbagi hasil belajar masak saya kepadanya. Kurang "perempuan" apa lagi saya?

Saya paham bahwa dia memang hanya melihat saya sebagai seorang teman. Tapi mengapa dia bisa melihat orang-orang lain sebagai perempuan, dan saya tidak?

Kegundahan itu menghantui saya begitu lama. Apalagi setelah saya kemudian menyadari betapa banyaknya teman laki-laki yang saya punya, dibandingkan jumlah pria (nyaris nol) yang menunjukkan ketertarikan romantisnya kepada saya. Apakah saya memang tidak tampil sebagai seorang perempuan? Bahkan ketika saya sudah merias diri, memakai baju dan rok berwarna pastel, serta mengerjakan pekerjaan rumah seperti kata ibu saya?

Setelah merenung cukup lama dan meneliti kebiasaan teman-teman pria lainnya, saya menemukan sebuah kemungkinan jawaban. Mungkin saya memang tidak tepat benar dengan ekspektasi sekelompok pria ini terhadap seorang "perempuan." Paling tidak, pria-pria yang saya tanyai ini memiliki beberapa ekspektasi berikut terhadap seorang "perempuan": manis, lemah lembut, mau ikut pendapatnya, (sedikit) manja, dan berbagai sifat senada.

Ah, saya sama sekali tidak seperti itu.

Saya tahu senyum saya manis, dan mudah membuat orang lain ikut tersenyum. Tapi saya juga seringkali tampil menyebalkan karena bersuara terlalu lantang dan grubak-grubuk. Tidak sekali dua kali saya ditegur teman-teman saya karena berceloteh dengan terlalu bersemangat, ataupun tertawa dengan terlalu lepas. Kecerobohan saya juga bukan hal yang manis, lebih merujuk ke serampangan dan berantakan.

Sebagai orang Jawa, saya memang punya sebuah kadar kelemahlembutan. Tapi bukan berarti saya selalu lembut dan manut. Saya tidak akan berteriak-membentak atau mengajak bertengkar secara fisik. Bukan berarti saya tidak pernah menyakiti orang lain dengan perkataan yang lembut. Dengan nada tenang, saya terbiasa menyampaikan fakta-fakta yang sulit didengar atau bahkan menyakiti pihak lain dengan sengaja.

Saya memang pandai mendengarkan. Tapi itu bukan hal yang sama dengan mau ikut pendapat orang lain dengan mudah. Saya keras kepala, argumentatif, dan selalu punya opini terhadap semua hal. Saya kritis terhadap semua argumen dan perintah yang dilemparkan kepada saya. Singkatnya, tidak mudah membuat saya mau menurut atau tunduk terhadap otoritas.

Saya memang ingin bisa bersikap manja dan bergantung pada orang lain. Tapi bagaimana hal itu mungkin ketika seumur hidup saya dituntut untuk mandiri oleh keluarga dan keadaan. Dunia yang keras ini telah menuntut saya untuk menjadi kuat dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Keadaan yang sulit telah mengajarkan saya untuk tidak berharap apalagi bergantung pada orang lain.

Ah, ternyata saya memang tidak terlihat sebagai "perempuan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun