Mohon tunggu...
AC Oktavia
AC Oktavia Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar peduli

Memberanikan diri berbagi, setelah terlalu lama hanya mengeluh dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Plastikvora: Manusia "Pemakan" Plastik

16 Mei 2020   10:26 Diperbarui: 16 Mei 2020   10:34 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manusia memakan plastik sumber: https://x-uniq.blogspot.com/

Plastik adalah salah satu permasalahan lingkungan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Produksi sampah plastik di dunia terus meningkat, dan meninggalkan jejak dimana-mana. Apalagi Indonesia termasuk negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia[1]. Plastik rasanya dapat kita temukan kemanapun kita memandang, di puncak gunung, di sungai, di pantai, bahkan hingga di tengah hutan belantara.

Sepertinya kita tidak menyadari bahwa penggunaan plastik sesungguhnya memiliki dampak bagi diri kita sendiri. Penelitian Schwabb dkk (2019) menemukan partikel-partikel plastik pada seluruh sampel faeces yang diambil dari 8 orang di 5 benua yang berbeda, menandakan hal ini telah menjadi fenomena di seluruh dunia [2]. Sadar ataupun tidak, kini manusia tidak hanya menjadi omnivora, tapi juga plastikvora. Kita sudah menjadi pemakan plastik.

Plastik yang kita konsumsi biasanya berupa mikroplastik dan nanoplastik, partikel-partikel plastik dengan ukuran sangat kecil yang kasat mata. 

Plastik meskipun sulit terurai, tetap mudah terpisah-pisah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Hal ini membuat permasalahan plastik semakin sulit diatasi. Sampah plastik tidak menghilang ketika dibakar atau diremukkan, mereka hanya berubah menjadi tidak terlihat.

Partikel-partikel plastik kemudian masuk ke tubuh kita melalui berbagai media, dari ikan, gula, air minum kemasan, bahkan lewat udara. Cox dkk (2019) bahkan memperkirakan setiap kita mengkonsumsi paling tidak 52.000 partikel plastik per tahunnya. 

Partikel plastik dalam air minum kemasan adalah salah satu kontributor utama konsumsi plastik manusia [3]. Partikel plastik juga sudah masuk ke dalam rantai makanan, khususnya bagi hewan-hewan laut, sehingga kita pun ikut mengkonsumsi plastik yang terakumulasi dalam tubuh ikan, atau makanan laut lainnya yang kita makan.

Meskipun belum ada hasil penelitian yang menjelaskan dampak konsumsi plastik bagi kesehatan manusia, kita sudah dapat melihat dampaknya pada berbagai hewan. 

Kita sudah melihat berbagai burung, penyu, hingga ikan paus yang ditemukan mati dengan tumpukan plastik pada saluran pencernaannya. Plastik bukanlah hal yang dapat dikonsumsi oleh saluran pencernaan hewan-hewan itu, juga bukan hal yang bisa diproses oleh saluran pencernaan kita. Bukan tidak mungkin hal ini juga terjadi di tubuh kita.

Partikel plastik dalam tubuh ikan sumber: https://www.hipwee.com/
Partikel plastik dalam tubuh ikan sumber: https://www.hipwee.com/
Situasi akan bertambah parah apabila partikel plastik masuk ke saluran peredaran darah kita karena berukuran sangat kecil. Apabila menumpuk ia dapat menyumbat pembuluh darah kita, dan bisa jadi menyebabkan gangguan jantung dan stroke. Partikel plastik tidak seharusnya ada di dalam tubuh kita.

Tentu saja dua potensi di atas masih harus diteliti lebih lanjut, tapi sampai kapan kita mau mengambil resiko membahayakan diri kita sendiri dan terus menjadi plastikvora?

Mari kita sadari bersama bahwa plastik bukan hanya sekedar "masalah lingkungan". Plastik adalah permasalahan besar bagi seluruh umat manusia, bagi diri saya, bagi anda, bagi rekan dan keluarga kita. Masalah plastik bukan hanya sekedar aroma tidak enak, pandangan tidak sedap, atau bahkan pengurangan lahan produktif. Plastik bisa jadi mengancam kehidupan berbagai mahluk di bumi, termasuk manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun