Mohon tunggu...
Humaniora

Pribadi yang Terbentuk

25 Februari 2018   21:58 Diperbarui: 25 Februari 2018   22:49 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

            Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Namun kali ini saya akan membahas tentang terbentuknya pribadi seseorang yang dipengaruhi oleh faktor eksternal lebih tepatnya di lingkungan sekolah . Pribadi seseorang terbentuk bisa melalui lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lain-lain. Apa yang seseorang lihat, rasakan, dan dialami bisa membentuk pribadi seseorang. Jika yang dilihat, dirasa, dan dialami itu baik, maka akan mudah membentuk pribadi yang baik, namun jika yang dilihat, dirasa, dan dialami itu buruk, mudah juga membentuk pribadi yang kurang baik. Tetapi kembali lagi pada diri sendiri, ketika yang dilihat, dirasa, dan dialami itu buruk, selama bisa mengendalikan, maka tidak akan terpengaruh dengan sifat yang kurang baik. Sebaliknya pribadi seseorang akan lebih baik ketika dia bisa menerima dengan ikhlas atas masalah-masalah yang terjadi. Namun kenyataannya, kebanyakan orang ketika menerima masalah buruk menjadikan pribadinya lebih buruk.

            Pernah saya temukan dua orang yang mengalami masalah buruk, anggap saja si A dan si B. Mereka adalah kakak-beradik yang kedua orang tuanya bercerai disaat umur mereka masih balita. Mereka berdua ditinggal oleh Ibunya, dan ikut dengan Ayahnya. Dua orang anak ini sangat membutuhkan cinta dan kasih sayang dari seorang Ibu, namun apa daya takdir berkehendak lain. Kurangnya cinta dan kasih sayang dari Ibunya membentuk pribadi mereka menjadi pribadi yang kasar dan mudah marah. Kadang mereka stres dengan apa yang terjadi pada diri mereka, mereka seakan kehilangan arah, kurangnya perhatian dari orang tuanya membuat mereka sering keluar rumah dan mencari kesenangan tersendiri. Bagi mereka selama hal yang dilakukan itu menyenangkan hati mereka, maka akan mereka lakukan. Mereka hanya perlu kegiatan yang menghibur hati mereka. Namun, amat disayangkan si A dan si B ini memiliki sifat yang sangat berbeda, dulunya si A ini orangnya mudah membangkan dan sering kelayapan, tetapi karena ia sekolah di sekolah yang sangat menjunjung tinggi akan karakter dan budi pekerti yang baik, menuntutnya harus menjadi pribadi yang berakhlak baik. Si A ini juga mendapatkan banyak teman yang memiliki pribadi yang berakhlak baik, dan sering mengajaknya untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. Sedangkan si B, dulunya dia sering diam di rumah dan lebih tertutup, namun ketika dia melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, dia mendapatkan teman-teman yang suka kelayapan, pacaran sana-sini sehingga membuatnya menjadi pribadi yang tidak penurut dengan keluarga di rumah.   

            Dari cerita di atas kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa pribadi seseorang juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah. Ketika kita mendapatkan teman yang baik di sekolah, maka akan lebih mudah membentuk pribadi yang baik, namun jika kita mendapatkan teman yang kurang baik, maka akan lebih mudah membentuk pribadi yang buruk juga. Mungkin kedua anak tersebut akan lebih mudah membentuk pribadi yang baik ketika yang mendidik mereka Ibunya sendiri. Disayangkan mereka berpisah dengan Ibu tercintanya.

            Di lingkungan sekolah yang mempengaruhi kepribadian seseorang tidak hanya dari teman saja, guru juga sangat berperan penting dalam pembentukan pribadi seseorang terutama guru bimbingan dan konseling. Guru merupakan figur terbaik siswa, ketika guru mencontohkan hal-hal yang baik kepada siswanya, maka siswa tersebut kemungkinan besar meniru apa yang dicontohkan oleh gurunya. Lebih baik lagi guru yang bisa masuk ke dunia siswanya, jadi guru tahu apa yang diinginkan oleh siswanya serta masalah yang dialaminya. Guru yang baik adalah guru yang paham akan siswanya, bukan yang memaksakan kehendaknya yang membuat siswa itu tambah stres. Pandai memotivasi siswanya untuk selalu bersemangat dalam menjalani hidup meski masalah-masalah berat yang terjadi pada diri siswanya serta mencarikan titik temu ketika siswanya mendapat masalah, baik itu masalah kecil ataupun masalah besar.

            Bisa kita lihat, ketika pribadi seseorang terbentuk kurang baik karena masalah keluarga yang menimpanya, namun pribadi kurang baik itu bisa berubah menjadi pribadi yang baik ketika lingkungan sekolahnya menjadikan dirinya pribadi yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun