Mohon tunggu...
Oktanadhya Defa
Oktanadhya Defa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Ahmad Dahlan

Pluviophile.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Siswa-siswi SDN 1 Kutawuluh Berperan dalam Melestarikan Budaya Indonesia

29 Juli 2022   20:10 Diperbarui: 3 Agustus 2022   06:57 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seiring berkembangnya teknologi, budaya asing dapat ditemui dengan mudah di Indonesia. Adanya budaya asing mampu menambah edukasi atau memperluas wawasan tentang kebudayaan dan menanamkan rasa toleransi terhadap budaya lain. Namun, mudah ditemuinya budaya asing di era globalisasi seperti sekarang tidak selalu berpengaruh positif. 

Karena, dengan adanya budaya asing dapat membuat generasi penerus bangsa mengabaikan budayanya sendiri. Oleh karena itu, melestarikan budaya merupakan tugas seluruh warga negara. Melestarikan budaya merupakan upaya dalam memajukan suatu negara.

Di Indonesia terdapat beragam kebudayaan yang perlu dilestarikan. Salah satunya, Tari Ebeg. Tari Ebeg merupakan bentuk dari kesenian atau kebudayaan yang berasal dari daerah Jawa Tengah khususnya wilayah Banyumas, Purbalingga, Cilacap, Kebumen, dan Banjarnegara. 

Tari Ebeg atau yang biasa dikenal dengan Tari Kuda Lumping merupakan kesenian atau kebudayaan yang memiliki daya tarik tersendiri bagi pengamat seni dan budaya. Karena, terdapat gerak tari yang gagah dan bentuk-bentuk kesenian tua seperti kesurupan atau kemampuan ghaib dalam tarian tersebut. Hal itu, merupakan salah satu faktor yang memperkirakan bahwa tarian tersebut sudah ada sejak abad ke-9 ketika kepercayaan animisme dan dinamisme mulai berkembang. 

Tari Ebeg berbeda dengan wayang, karena tidak menceritakan tokoh tertentu dan tidak terpengaruh oleh agama tertentu. Tari Ebeg sejatinya melambangkan dukungan rakyat terhadap Pangeran Diponegoro dalam melawan imperialisme kolonial Belanda. 

Tari Ebeg menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda. Dalam tari tersebut, kuda yang ditungganginya menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut. Tari Ebeg tidak lepas dari kehidupan masyarakat Banyumas. Maka dari itu, hampir seluruh lagu yang dimainkan dalam tari tersebut menggunakan bahasa Jawa khas karesidenan Banyumas, atau biasa disebut Ngapak. 

Selain itu, lagu atau tembang yang terdapat pada Tari Ebeg juga berisi tentang wejangan hidup, pantun, atau sejarah Ebeg. Adapun lagu-lagu yang sering dibawakan dalam pertunjukan yaitu Ricik-Ricik Banyumasan, Sekar Gadung, Eling-Eling, Waru Doyong, Tole-Tole, dan lainnya. 

Memahami pentingnya pelestarian budaya dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan budaya tersebut kepada generasi muda. Dengan demikian, warisan budaya dapat terjaga dan terhindar dari kehilangan, kemusnahan atau kerusakan. Pentingnya pelestarian budaya ternyata sudah tertanam pada diri siswa-siswi SDN 1 Kutawuluh. 

SDN 1 Kutawuluh merupakan salah satu sekolah dasar negeri yang terletak di Banjarnegara, tepatnya di Kutawuluh, Kec. Purwanegara, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Ada beberapa siswa-siswi SDN 1 Kutawuluh yang bergabung dalam kelompok Tari Ebeg Dwi Turonggo Jati. Dwi Turonggo Jati merupakan kelompok kesenian Tari Ebeg asli dari Kutawuluh.

Siswa-siswi SDN 1 Kutawuluh yang bergabung dengan kelompok Tari Ebeg tersebut terdiri dari 6 anak. Mereka sudah bergabung dengan kelompok Tari Ebeg Dwi Turonggo Jati kurang lebih 3 tahun. Mereka tidak gengsi dan malu untuk menari Ebeg di depan khalayak umum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun