Mohon tunggu...
Ahmad Oktabri Widyananda
Ahmad Oktabri Widyananda Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Share a lot, get a lot

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia : Bahaya Laten Perang Saudara Dan Politik Adu Domba

17 Maret 2015   16:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:31 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Resah, jengkel dan bosan, mungkin tiga kata itu sesuai untuk menggambarkan perasaan masyarakat Indonesia dalam menghadapi carut-marut bangsa ini. Hampir seluruh headline media cetak maupun elektronik berisi pemberitaan tentang konflik berkepanjangan yang melibatkan berbagai lembaga negara maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Seakan tak berujung dan tak pernah usai, konflik-konflik tersebut sedikit banyaknya juga membuat masyarakat semakin gelisah terhadap masa depan bangsa ini kedepannya. Ironisnya, konflik itu terjadi antar lembaga maupun pihak-pihak yang harusnya saling bekerjasama untuk membangun Indonesia lebih baik. Jika boleh diistilahkan, Indonesia kini sedang berada pada masa dimana “perang saudara” sudah dianggap sebagai hal lumrah dan sering muncul pada setiap momentum penting di Ibu Pertiwi.

Mari kita telisik lebih jauh tentang “Perang Saudara” ini. Dualisme kepemimpinan parpol yang menjangkiti beberapa partai besar membuat konstalasi suprastruktur politik menjadi semakin tidak jelas dan bercabang. Mulai dari dualisme kepemimpinan PKB, PPP, hingga partai tertua sekelas Golkar-pun turut memperpanjang daftar parpol yang bermasalah dengan suksesi kepemimpinannya. Seakan berebut untuk menjadi penguasa parpol, bahkan kawan yang harusnya saling berangkulan kini menjadi musuh bebuyutan yang siap saling meniadakan satu dengan lainnya. Tak hanya itu, konflik KPK-Polri hingga pertikaian Ahok vs DPRD DKI juga menjadi bukti nyata bahwa “musuh” besar bangsa ini sesungguhnya adalah saudara kita sendiri. Belum lagi ulah para koruptor dan pengedar narkoba yang juga termasuk permasalahan internal sebagai akibat dari perilaku oknum pribumi yang seolah tak peduli dengan masa depan bangsanya sendiri.

Kita hanya bisa mengelus dada ketika menyaksikan channel televisi tetangga seperti Jepang dan Malaysia yang sibuk dengan berbagai acara tentang penanaman nilai-nilai nasionalisme untuk memperkokoh persatuan bangsa mereka, berbeda 180 derajat dengan channel televisi kita yang sibuk mengupas tuntas konflik-konflik internal dalam negeri yang tak kunjung usai. Hal ini tentunya menjadi ancaman laten yang seakan tak berarti banyak akan tetapi akan berpengaruh besar terhadap laju pembangunan yang makin terhambat karena pertentangan sesama masyarakat pribumi. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar dan sumber daya alam yang melimpah, harusnya kita bisa lebih jeli dan waspada dalam menyikapi hal ini. Keunggulan yang dimiliki Indonesia sedikit banyaknya menjadi ancaman bagi negara lain untuk tersaingi. Dalam hal ini kita harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya persatuan bangsa untuk menghindari politik adu domba yang dilakukan bangsa lain untuk memecah belah bangsa yang berpotensi besar untuk menjadi negara maju.

Idealnya, bangsa yang ingin maju bukanlah bangsa yang masih bermasalah antar sesama saudaranya dan belum selesai dengan urusan dirinya sendiri, tetapi bangsa yang ingin berlari maju adalah bangsa yang sudah siap berkompetisi dengan bangsa lain untuk berpacu menjadi yang terdepan. Tentunya kita semua menginginkan Indonesia menjadi bangsa kuat yang saling bahu membahu untuk menjadikan Ibu Pertiwi makmur dan sejahtera. Kita merindukan Indonesia bisa kembali bersatu, kita merindukan Indonesia bisa kembali dipenuhi dengan kedamaian, dan kita merindukan Indonesia bisa kembali menghadirkan rasa tenang dan nyaman bagi seluruh masyarakatnya. Namun, sebagai masyarakat biasa, tak banyak yang bisa kita lakukan selain menjaga semangat optimisme bangsa dan selalu mendoakan agar elit-elit yang bertikai bisa segera berdamai dan kembali fokus bekerjasama untuk mensejahterakan bangsanya. (Ahmad Oktabri Widyananda - XXI)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun