Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keterampilan Penting Tetapi Perhatikan 5 Hal Berikut agar Sukses sebagai Pendatang

5 Mei 2023   12:35 Diperbarui: 6 Mei 2023   10:07 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Perantau. Sumber: harianhaluan.com

Merantau merupakan cerita tua yang selalu menyertai manusia sejak manusia ada di muka bumi. Dari sinilah mulai ada pemilahan antara pendatang dan penduduk asli.

Pendatang bukanlah penduduk asli. Begitu pula sebaliknya.

Namun acap kali defenisi ini terlihat samar-samar. Batasan yang diberikan pada kata pendatang selalu akan kadaluarsa dengan sendirinya jika telah mencapai batas waktu tertentu. 

Kadang, karena seseorang sudah lama tinggal di suatu daerah akhirnya status pendatang hilang dan dianggap penduduk asli. 

Meski demikian akar dan asal seseorang akan terus melekat kepadanya sebagai pengingat dari mana ia berasal.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi orang merantau. Orang merantau karena studi atau tugas belajar; orang merantau untuk mengubah hidup menjadi lebih baik dari sebelumnya (faktor ekonomi); dan orang merantau karena bencana alam atau perang. Itulah segelintir alasan orang merantau dan menjadi pendatang di negeri orang.


Dari semua faktor yang menyebabkan orang merantau, faktor ekonomi menduduki peringkat tertinggi yang membuat orang harus merantau.

Laporan dari WHO 2018 mencatat bahwa setiap tahun ada peningkatan migrasi nasional di atas angka 3,3% dari total jumlah penduduk dunia. Data ini hanya menunjukkan migrasi yang melintasi batas negara. Migrasi domestik (perpindahan penduduk antar daerah atau pulau di suatu negara) memiliki cerita yang fantastis karena angkanya yang lebih besar dari itu.

Satu hal yang pasti bahwa menjadi migran atau pendatang bukanlah sesuatu yang gampang. Butuh effort ekstra agar kita tidak terhimpit oleh penduduk asli. 

Banyak sudah kisah sukses dan juga kisah miris yang dialami oleh para migran.

Barangkali kami di NTT sudah sangat akrab dengan kisah miris para migran yang pergi sehat tapi pulang di dalam peti mati. 

Meski demikian kisah-kisah miris ini tidak juga harus menafikan berbagai kisah sukses dari para pejuang rupiah ini.

Misalnya, ada tetangga pergi merantau. Ternyata ia sukses di rantauan. Bahkan kesuksesannya membuatnya ketika pulang langsung menggunkan uang yang didapat di tanah rantauan untuk membuka usaha kios dan usaha ternak. 

Hidupnya sukses sampai saat ini. Ia sudah membangun sebuah rumah. Usaha kios dan usaha ternaknya berkembang dengan pesat. 

Keberhasilannya bukan semata-mata karena faktor keberuntungan melainkan kesuksesannya sendiri dalam mengatur dan memilah mana kebutuhan pokok dan mana hal yang sifatnya sekunder saja.

Cerita sukses lain untuk migrasi domestik adalah kisah sukses saudara-saudara kita yang berasal dari Jawa dan Sulawesi (Bugis-Makasar). Meski sebagai pendatang di tanah Timor, tetapi mereka mampu meraih kesuksesan melebihi penduduk lokal atau asli. 

Hal mana yang membuat kita harus mengangkat topi tinggi-tinggi bagi mereka. 

Selalu saja ada sesuatu yang beda dari mereka. Daerah di mana ada mereka, sudah pasti ada kemajuan. Itulah yang saya lihat di Timor. Di mana ada orang Jawa atau Bugis daerah itu pasti maju.

Pertama kali datang,  mereka akan membuka usaha kecil-kecilan tetapi lama kelamaan usaha mereka akan berkembang dan akhirnya menguasai pasar dan ekonomi di tempat di mana mereka tinggal.

Sedangkan penduduk asli atau lokal, hanya memandangnya dari jauh sambil mengagumi tanpa bergerak untuk memulai.

Banyak saudara-saudara dari Jawa dan Sulawesi datang dan meraih sukses di daerah ini, sedangkan penduduk asli lebih memilih untuk meninggalkan kampung halamannya dan menuju ke Malaysia, Brunai Darusalam, Hongkong, dan negara-negara lainnya.

Tidak ada larangan bagi siapa pun untuk merantau. Itu adalah hak setiap orang. Tetapi hal yang penting adalah menjadi perantau yang bijak.

Menjadi perantau merupakan kebanggaan tersendiri karena berani meninggalkan zona nyaman di daerah sendiri. Merantau atau bermigrasi dapat pula menjadi solusi untuk mengubah nasib menjadi lebih baik. 

Sayangnya, tidak semua orang melakukan persiapan saat akan merantau.

Ketrampilan atau life skill memang sangat diperlukan agar kita tidak mati di tanah rantauan. Tetapi life skill saja tidak cukup. 

Hal-hal atau kiat-kiat berikut harus menjadi perhatian agar kita bisa menjadi perantau atau pendatang yang sukses.

Pertama, sebagai pendatang atau perantau, fokus kita ada pada kebutuhan hidup bukan gaya hidup.
Apabila fokus pada gaya hidup, berapa pun penghasilan kita tidak akan bisa mencukupi. Jika demikian, jangan bermimpi untuk menabung sebab setiap bulan akan selalu ada defesit.

Kisah sukses saudara-saudara perantau adalah bagaimana mencari uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Fokus mereka adalah kebutuhan hidup. Asal kebutuhan dasar atau primer sudah terpenuhi maka itu sudah cukup. Sisa penghasilan yang lebih dialihkan untuk tabungan, bukan untuk gaya hidup.

Tidak heran bila usaha mereka semakin maju sebab uang yang dieroleh dari usaha mereka tidak dihamburkan-hamburkan untuk hal-hal yang tidak perlu.

Penduduk asli, usahanya kecil tetapi uang hasil usaha tidak digunakan untuk hal-hal produktif melainkan untuk hal-hal konsumtif beruppa urusan-urusan keluarga dan adat.
Budaya hedon yang diwariskan turun-temurun tidak dikritisi melainkan semakin dipelihara subur.

Kedua, jangan banyak mengeluh. Usaha apa pun selalu ada konsekuensi positif maupun negatif. Semangat pantang menyerah dari para pendatang dan dorongan untuk berhasil membuat mereka setalah gagal selalu bangkit kembali untuk menjadi lebih kuat dan maju.

Keluhan akan menjadi penghambat. Itulah mengapa orang bijak mengatakan pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman kejatuhan atau kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Justru kegagalan itu merupakan pelajaran  yang bisa diambil untuk menjadikan hidup lebih kuat dan unggul. Dengan mengurangi keluhan kita lebih fokus memikirkan langkah-langkah untuk bertahan dalam perantauan.

Ketiga, time is money. Ya, waktu adalah uang. Barangkali jarak yang begitu jauh dari tempat asal dan dorongan untuk berhasil seharusnya menjadi pelecut semangat bagi kita untuk selalu menggunakan waktu yang ada dengan bijaksana.

Misalnya, saudara-saudara pendatang yang berasal dari Jawa dan Bugis-Makasar, di kala penduduk asli masih nyaman di dalam selimut, mereka telah menuju ke pasar-pasar untuk menjajakan barang-barang dagangan mereka. Semua peluang yang ada dimanfaatkan secara maksimal. Seakan tidak mengenal letih, rutinitas itu mereka lakukan secara kontinu dari hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun.

Keempat, rajin bekerja dan menabung. Sebagimana di poin pertama, kerjalah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kerja dan menabung akan memberikan kita cerita sukses di perantauan.

Lihatlah cerita sukses saudara-saudara kita dari Jawa dan Sulawesi, ketika pertama kali datang pasti berjualan keliling dengan berjalan kaki. Setelah beberapa bulan, ia mulai berjualan dengan menggunakan sepeda. Dari sepeda kemudian beralih lagi kepada sepeda motor, lalu mobil, dst. Hingga memiliki rumah-rumah yang bagus dan mentereng.

Memang harus diakui bahwa tidak ada perantau yang langsung memiliki rumah sendiri. Jangankan rumah pribadi, banyak yang ke mana-mana harus berjalan kaki atau menggunakan kenderaan umum.

Justru realitas inilah yang menjadi motivasi untuk mengubah kehidupan kita menjadi lebih baik.
Sering orang mengatakan usaha tidak menghianati hasil. Dengan kerja keras, ditambah semangat menabung sesuatu yang pada mulanya tidak mungkin akan menjadi mungkin.

Bekerjalah dengan rajin dan rutin menyisihkan penghasilan untuk menabung. Pasti suatu saat hasilnya akan dituai.

Kelima, berhati-hati dalam bergaul. Jangan terlalu mudah memercayai orang sebab salah bergaul dapat seketika mengubah tabiat dan kehidupan kita.

Cari orang-orang yang memikili kualitas diri yang baik dan tempatkan diri di tengah-tengah mereka untuk menjadi soko guru untuk mencapai kesuksesan.

**Kelima hal ini harus menjadi modal untuk seorang perantau, selain life skill yang mumpuni agar kita bisa berhasil di tanah perantauan. Menjadi pendatang memang tidak mudah. Tetapi dengan life skill dan kelima hal di atas, modal untuk menjadi sukses tinggal menunggu waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun