Padahal pekerjaan apapun bisa dikerjakan oleh siapapun entah laki-laki atau perempuan, asalkan nyaman bagi dirinya, maka tidak akan menjadi masalah.
Justru dunia lagi membutuhkan perempuan-perempuan seperti ini untuk menjadi pembeda dan bisa menginspirasi para perempuan yang masih tidur dalam kungkungan budaya patriarkat yang kuat.
Dalam satu kesempatan seminar yang mengangkat tentang isu feminisme, saya bertanya waktu itu mengapa perempuan membiarkan atau memberi ruang kepada laki-laki untuk ditindas atau diperlakukan tidak adil oleh para laki-laki.
Jawaban nara sumber sungguh mengejutkan dan menghentak kesadaranku. Ia menjawab sambil membalikkan pertanyaan yang sama kepada saya, mengapa para laki-laki menciptakan ruang penindasan itu.
Jawaban ini serentak menghentak kesadaranku bahwa ternyata perjuangan untuk membebaskan perempuan dari stigma gender yang tidak adil bukanlah perjuangan perempuan semata.
Perjuangan itu harus dilakukan bersama-sama. Para perempuan harus berani keluar dari kungkungan adat-istiadat dan norma moral yang selama ini mediskreditkan perempuan.
Sementara itu laki-laki harus menurunkan egonya sebagai penguasa dan bahkan harus menghilangkan stigma dimana laki-laki mesti berkuasa atas perempuan.
Hanya dengan melakukan gerakan bersama seperti itu, kaum perempuan dapat memperoleh hak mereka.
Meski ada seribu perempuan yang dilabeli dengan alpha female, tapi gerakan itu akan sia-sia jika mereka bergerak sendiri-sendiri dan bukan dilakukan sebagai gerakan bersama.
Jika masih ada perempuan yang tunduk taat pada adat istiadat yang diskriminatif, ajaran agama yang diskriminatif, dan tata nilai masyarakat masih sangat berpihak pada laki-laki, maka perjuangan akan terhambat.