Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat dari Dekat Tradisi Fui Tua dan Pilih Beras pada Warga Masyarakat Pendatang di Batu Merah

8 Oktober 2022   23:04 Diperbarui: 26 Desember 2022   14:43 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga masyarakat yang sedang bercengkrama di salah satu tempat acara "Fui Tua" (dokumentasi pribadi)

Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu saja ada kesepakatan atau konsensus yang dibangun atau ditradisikan oleh masyarakat.

Kesepakatan atau konsensus tersebut dapat suatu saat akan menjadi tradisi yang dihidupi secara turun-temurun. Bisa juga akan menjadi budaya dan adat-istiadat yang diwariskan kepada anak cucu.

Apabila di banyak tempat, semangat gotong royong dan kekeluargaan mulai pudar, maka tidak demikian dengan kampung tempat tinggal saya di rantauan yang bernama Batu Merah. Sebuah kampung yang berada di sudut kota Atambua, perbatasan dengan Timor Leste. 

Nama Batu Merah ini memang unik. Di tempat ini dulunya ada produksi Batu Bata yang biasa disebut dengan nama Batu Merah. Dari sinilah, nama ini kemudian menjadi populer di antara para pendatang dan penghuni kampung ini. 

Sekedar informasi, bahwa di kampung ini memang tidak ada namanya penduduk asli, semua yang tinggal di sini adalah pendatang.

Penduduk Batu Merah berasal dari kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), kabupaten Malaka, kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), dan kabupaten Belu. Ada suku dawan, fehan, foho, dan beberapa suku campuran dari Flores beberapa pulau lain di NTT.


Kembali kepada tradisi yang menjadi judul tulisan ini. Ada dua tradisi yang sudah terbangun lama dan telah menjadi kebiasaan di antara masyarakat pendatang di kampung ini.

Dari dua tradisi inilah semangat gotong royong dan kekeluargaan masih bisa terpelihara dengan baik di Batu Merah. 

Dua tradisi itu membuat iri masyarakat yang ada di kampung-kampung tetangga. Tradisi itu adalah tradisi "Fui Tua" (Tuang Sopi) dan "Pilih Beras".

Apalagi di musim pesta nikah seperti sekarang ini. Hampir setiap hari ada saja undangan untuk "Fui Tua" atau pun pilih beras. Ini memang telah menjadi tradisi di Batu Merah.

Dua tradisi ini mulai dihidupi di kampungku ini awal tahun 2000-an. Pada mulanya keluarga-keluarga pendatang di Batu Merah ini merasa bahwa tidak ada sesuatu yang bisa mempersatukan dan mengangkat mereka. 

Memang budaya dan adat istiadat yang dibawa masyarakat yang tinggal dan menetap di sini berbeda-beda. Hanya satu hal yang bisa mempersatukan mereka, yaitu membangun suatu tradisi baru yang merupakan hasil konsensus atau kesepakatan bersama. 

Dan dua tradisi ini merupakan hasil kesepakatan atau konsensus warga masyarakat Batu Merah.

Fui Tua

Acara ini hanya khusus anak laki-laki yang hendak menikah. Karena itu acara ini biasanya dilangsungkan di rumah keluarga anak laki-lakinya tersebut. 

Jalannya acara didahului oleh keluarga anak laki-laki tersebut yang akan mengundang warga Batu Merah seluruhnya tanpa kecuali sesuai dengan kesepakatan keluarga besar.

Undangan akan dilakukan 3 hari menjelang acara tersebut. Setelah itu, sesuai dengan waktu yang ditentukan tamu-tamu akan datang ke tempat acara "Fui Tua".

Para tamu langsung diarahkan menuju ke ruang penerimaan tamu untuk menulis nama disertai dengan sejumlah uang sumbangan yang akan diarsipkan dengan rapih di sebuah buku. Semuanya akan dicatat dan menjadi arsip untuk keluarga yang mengundang.

Buku itulah yang akan memberikan informasi kepada keluarga yang bersangkutan ketika ada keluarga lain mengadakan acara yang sama. Ini akan menjadi semacam arisan. Berapa jumlah sumbangan yang diberikan, akan diberikan kembali seperti itu atau bahkan bisa lebih.

Uang yang terkumpul dan Catatan Arsip Keluarga dalam Acara
Uang yang terkumpul dan Catatan Arsip Keluarga dalam Acara "Fui Tua" (dokumentasi pribadi)
Setelah tamu selesai menulis nama dan sejumlah uang diberikan sebagai sumbangan untuk dicatat, tamu atau undangan itu akan dipersilahkan untuk mengambil makanan yang sudah disediakan. 

Biasanya setelah itu, ada seorang anak muda akan memegang sebuah botol dengan arak berkeliling sambil menuangkan arak untuk tamu.

Selesai makan, biasanya para tamu dan tuan acara akan melanjutkan dengan bercengkrama bersama. Setelah itu tamu akan pamit untuk pulang.

Tamu tidak harus datang serentak. Sebab waktu acara untuk fui tua biasanya sepanjang hari. Undangan boleh memilih waktu yang sesuai dengan mereka.

Acara "Fui Tua" biasanya dapat dilangsungkan dua atau tiga minggu sebelum acara pernikahan dari si anak laki-laki.

Pilih Beras (dan Menyiapkan Tempat Acara Pernikahan) 

Tradisi "pilih beras" (dan menyiapkan tempat acara pernikahan) dikhususkan untuk anak perempuan yang akan melangsungkan pernikahan.

Biasanya tempat acara pernikahan akan dilangsungkan di rumah mempelai wanita. Atas dasar ini maka untuk acara pilih beras dan menyiapkan tempat acara untuk pernikahan ini akan dilangsungkan 3 atau dua hari menjelang acara pernikahan.

Warga akan datang bersama-sama sesuai dengan undangan dari keluarga mempelai wanita. Pada umumnya, waktu yang tepat sore hari. 

Ibu-ibu akan datang dengan menjunjung beras yang ditaruh di "tanasak" (anyaman dari daun lontar yang menyerupai baskom). Bapak-bapak membawa alat-alat yang diperlukan untuk mempersiapkan tempat acara. 

Ibu-ibu langsung menuju petugas yang akan menulis apa yang dibawa dan sejumlah uang untuk sumbangan meringankan tua pesta. Sama seperti "Fui Tua", semua akan dicatat untuk menjadi arsip untuk keluarga yang hendak mengadakan pesta atau acara. 

Kemudian, ibu-ibu mulai bersama-sama membersihkan beras yang dibawa dari rumah serta yang disediakan oleh keluarga. Sedangkan bapak-bapak akan membersihkan tempat acara dan menyiapkan tenda acara.  

Tampak jelas bahwa dalam tradisi ini sangat kental dengan semangat kegotongroyongan dan kekeluargaan. Semua keluarga merasa bertanggung jawab terhadap acara pernikahan keluarga mempelai wanita.

Acara pilih beras ini tidak seperti "Fui Tua", acara ini dibuat 2 atau 3 hari menjelang pernikahan si anak perempuan. 

Tempatnya langsung di rumah keluarga yang akan melangsungkan acara nikah.

**
Kedua tradisi ini adalah murni kesepakatan atau konsensus bersama warga masyarakat Batu Merah. 

Keluarga besar dari mempelai wanita atau pun laki-laki dari dawan, fehan atau pun foho merasa heran dengan kekompakan dan kebersamaan yang terbangun dengan baik ini. 

Latar belakang adat-istiadat dan budaya yang beraneka ragam tidak menjadi penghalang warga masyarakat Batu Merah untuk membangun satu tradisi baru. Tradisi yang berbasis pada pentingnya rasa kebersamaan dan kekeluargaan.

Tradisi "Fui Tua" dan "Pilih Beras" ini telah mampu mempersatukan semua perbedaan yang ada di Batu Merah.

Prinsipnya, satu keluarga mempunyai satu hajatan pernikahan, keluarga-keluarga lainnya turut juga memberi sumbangan untuk meringankan baik dalam urusan finansial maupun fisik berupa tenaga.

Nilai kekeluargaan, kegotong royongan dan kebersamaannya terletak di sana. 

Dengan adanya dua tradisi tersebut, setiap keluarga merasa terbantu. Prinsipnya berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Dua tradisi ini telah menyingkirkan dan menghilangkan semangat individualisme yang dewasa ini kian tumbuh subur. 

Bila ada warga baru di tempat ini, secara otomatis tradisi ini melekat pada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun