Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kemerdekaan bagi Tuan

18 Agustus 2022   00:28 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:21 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Hari Kemerdekaan di Desa (Dokumentasi pribadi)

Aku tahu setelah ku selidiki. Komoditi dan bisnisnya satu ini juga punya "kekuatan" tersembunyi. Gula begitu sangat sensitif bahkan untuk di teliti, kata kawan ku dulu yang meneliti perihal perdagangan gula.

Apakah pemerintah tidak tahu itu? Pemerintah sangat tahu. Semua pihak tahu. Semuanya sudah mendiagnosis penyakitnya. Namun kebijakan kita selalu salah sasaran. 

Mau mengurus apa duluan selalu tumpang tindih. Sementara riset perguruan tinggi sebagai saran tak juga digunakan. Kalah sama Thailand yang menjadikan perguruan tinggi dengan risetnya sebagai dewa kebijakan. Kita, otak kita, otak mahasiswa, dosen, profesor kadang berakhir di tempat pembuangan sampah.

Satu-satunya fokus hanya menggenjot produktivitas sebagai wujud agregat guna dibanggakan dalam data capaian kinerja. Sementara lainnya, terbiarkan begitu saja.

Mari kita beralih ke laut. Kalian lihat hamparan laut di depan desa kita ini? Seberapa besar potensi yang dihasilkan oleh ciptaan Tuhan ini bagi keberlangsungan manusia? Sangat besar.

Aku juga tertarik soal ini. Dan telah ku kaji berkali-kali. Laut kita, Indonesia, yang menciptakan nenek moyang pelaut handal juga menciptakan ekonomi bagi negara. Perikanan.

Data-data menujukan, potensi perikanan kita sangatlah besar. Bahkan menjadi juara beberapa komoditi dalam ekspor. Namun tahukah kalian siapa yang memiliki itu semua? Kita ataukah nelayan? Tentu bukan dua-duanya, pemodal, penguasa dan punya kuasalah kepunyaan isinya.

Lewat modal dan kekuasaan atau merayu penguasa mereka mendirikan perusahan-perusahaan besar dengan bekengan kuat. Membeli dari nelayan dengan harga rendah dan menjual dengan harga tinggi, ke Eropa atau ke luar negeri sesuai tujuan bisnis.

Sementara nelayan, hanyalah simbol pembahasan kesejahteraan. Tak punya modal, tak punya kuasa tak punya power. Narasi kesejahteraan sekalipun di lumbung ikan tak jua dirasakan. Hidup berhutang bergantung dan tercekik.

Perikanan dikuasai mafia-mafia, layaknya peternakan. Sedikit diganggu, maka gelombang kekuatan besar akan mengamuk. Pun dengan kehutanan dan segala isinya di dalam tanah.

Lihat saja negeri ini, dikepung pertambangan yang eksklusif. Bahkan untuk masuk dan melihat-lihat saja, penjagaan begitu ketat. Salah-salah jadi korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun