Alhasil saya kemudian membangun cerita dengan masyarakat. Dan saya dapatkan di luar dugaan. Hilangnya ikan-ikan karena hasrat yakni perburuan ikan yang berlebihan. Sebuah konklusi dari predator rantai makanan terkuat, ialah manusia.
Terjadi praktik perburuan yang sangat masif yakni pemanahan disertai pembiusan serta pengeboman. Yang pertama menjadi yang paling utama dan sampai artikel ini di rangkai masih terus dilakukan.
Bahkan selain masyarakat desa, hadir juga kapal-kapal besar; sekira 25 GT datang khusus, berlabuh, dan melakikan praktik perburuan.
Kapal-kapal ini saya saksikan dengan mata kepala ketika kaki menginjak pantai saat pulang kampung. Kapal itu menurut masyarakat berasal dari daerah lain yang datang khusus memanah dengan izin dari kepala desa.
Setiap hari dan malam kapal ini berlabuh di dekat tubir karang dan melakukan perburuan. Dalil yang dipakai adalah memanah namun banyak masyarakat mencurigai selain memanah juga dilakukan metode pembiusan yang justru lebih membahayakan.
Tentu hal ini menimbulkan kecurigaan. bahkan ketika ikan-ikan tersebut mendarat di dapur, saya perhatikan secara seksama hingga secara detail, tak juga menemukan kondisi ikan hasil memanah.
Masyatakat sendiri sebenarnya geram. Ada kondisi di mana masyarakat merasa apa yang dilakukan oleh mereka sangat membahayakan habitat dan terumbuh karang.
Akan tetapi di satu sisi mereka tak punya kekuatan utamanya legalitas guna melarang praktik tersebut karena ada izin dari kepala desa.
Banyak masyarakat mengganggap pemangku kebijakan setempat adalah aktor yang paling "kolot" karena memberikan izin setiap ada kapal masuk dengan imbalan satu atau dua ekor ikan. Hal ini didukung juga oleh kondisi tak adanya patroli dari pihak terkait.
Artinya selama ini tak ada pengawasan ketat dari pihak keamanan yang melintasi pulau Makian Kabupaten Halmahera Selatan