Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jelang Ramadhan, Pangan Harus Aman

10 April 2021   12:09 Diperbarui: 10 April 2021   13:20 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas di Pasar Gamalama/Dokpri

Tangakapan layar/PIHPS
Tangakapan layar/PIHPS
Yap, dari data ini menunjukan bahwa daerah timur yang notabenenya bukan penghasil pangan menujukan terjadi kenaikan harga tertinggi.

Berdasarkan data yang sama, didapatkan kondisi dimana fakta bahwa komoditas utama barito mengalami peningkatan harga. Kondisi ini bisa menjadi bumerang. Sebab, daerah ini tidak memprioritaskan arah pertanian ke pertanian pangan melainkan perkebunan.

Sehingga kondisi inflasi tak terelakan menjelang Ramadahan bahkan hingga pada dalam Ramadhan. Harga-harga terlampau naik dan kondisi subtitusi juga sering tidak seimbang. 

Subtitusi semisal ikan ke daging ayam juga bukan perkara muda. Lantaran, ketersediaan stok dan permintaan sering tidak selaras. Pun demikian dengan telur yang sesekali masuk pada ranah "ada spekulasi dari pedagang". Alhasil hadirlah kelangkaan hingga terjadi distorsi harga.

Secara kekuatan, Maluku Utara sangat rawan pangan. Sebagai gambaran, komoditas pangan yakni beras saja tidak mampu memenuhi permintaan agregat di Maluku Utara. 

Berdasarkan Data BPS Maluku Utara 2021, berdasarkan data produksi dan produktivitas tidak terjadi kenaikan yang signifikan dari beberapa daerah dan begitu rendah. Data ini juga menunjukan bahwa  secara total di tahun 2020 saja hanya mampu menghasilkan  23.815 ton. Sementara kebutuhan beras per tahun di Maluku Utara yaitu 109.000 ton. 

Sehingga untuk memenuhi komsumsi tersebut, pangan seperti beras di impor dari luar seperti dari surabaya, Manado dan Makassar. Kondisi ini sama dengan bahan pangan lain.

Tangkapan Layar/BPS Malut
Tangkapan Layar/BPS Malut
Pada Tahun 2020, jumlah Produksi ayam di Maluku Utara hanya 130.06 ton yang jika di tarik ke kondisi ramadhan maka kebutuhan ini tidak sebanding dengan pola konsumsi yang naik 0.33 persen dari kondisi normal (Kementan). Kondisi kekurangan ini didatangkan dari luar daerah dengan persentase 40-60 persen (Roadmap ayam ras Maluku Utara).

Rata-rata konsumsi perkapita untuk cabai merah dalam seminggu mencapai 0.024 persen, cabai rawit 0.027 persen, bawang putih 0.277 persen dan bawang merah 0.408

Sementara produksi holtikultura berdasarkan data 2019 juga masih sangat rendah. Komoditas seperti tomat, ( 6.884 ton), cabai rawit ( 4.661 ton), cabai besar (4.269 ton), hingga bawang merah (594 ton) Sementara kebutuhan bahan pangan tersebut untuk 800 ribu jiwa penduduk tidaklah cukup. 

Ketidakseimbangan jumlah dan konsumsi masyarakat yang tinggi ini menghasilkan komoditas seperti cabai rawit dan cabai merah serta bawang merah selalu menyumbang inflasi bagi daerah. Di tahun 2020 saja, andil inflasi komoditas ini paling tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun