Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Kota Hilang, dari Desa Datang Mengingatkan

5 April 2021   17:18 Diperbarui: 6 April 2021   09:14 1198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyajian nasi kuning dengan berbagai lauk. Sumber: Shutterstock/Huey Min via KOMPAS.COM

Di Kota, masyarakat membangun mimpi terutama perihal ekonomi dan membawa berbagai kepentingan lainnya.  Sehingga tercipta sebuah lingkungan besar dan menjadi peradaban baru hasil dari kolaborasi berbagai unsur kebudayaan. 

Kondisi ini kemudian menanggalkan karakter kuat sebuah kebudayaan atau nilai-nilai kebudayaan dalam komunitas besar tersebut. Sehingga tidak ada celah tumbuh dan menjadi mandek 

Walau saya melihat, secara komunitas utamanya kesukuan, hal-hal kebudayaan masih dipertahankan. Namun skalanya menjadi sangat kecil dan hanya berlaku pada lingkungan tersebut dan tidak berlaku pada konteks yang homogen.

Bahkan, dalam komunitas sendiri banyak pula yang menanggalkan unsur tersebut karena berbagai faktor utamanya bauran kebudayaan dan informasi yang tidak diturunkan ke generasi berikut.

Informasi yang timpang ini kemudian tidak terekam dalam memori sosial suatu lingkungan sehingga generasi berikutnya melupakan dengan total bagaimana mereka bersosial. Alhasil, penerimaan kebudayaan baru terutama dari luar menjadi yang utama.

Menurut  Rohima et., Al (2019) ada beberapa faktor, selain faktor perkembangan jaman yang menilai suatu kebudayaan tak lagi relevan dengan perkembangan jaman juga karena faktor internal meliputi hadirnya budaya dan nilai baru dalam masyarakat, dan perubahan abadi.

Di kota pulah, kehidupan masyarakat tak lagi melulu soal kebudayaan. Perihal ekonomi telah merubah sosial kemasyarakatan menjadi sempit. Sehingga praktek-praktek kebudayaan tak lagi menjadi pusat perhatian.

Artinya dalam sosial kemasyarakatan di kota, ada pola dari ruang gerak yang mulai sempit. Masyarakat harus bekerja beberapa jam dalam sehari kemudian pulang dan rehat.

Selain itu, komunitas mereka berada juga menghilangkan sekat-sekat kebudayaan. Tak ada suatu nilai dari budaya yang mendominasi sebuah perkumpulan sosial.

Begitupun dengan interaksi sosial yang menjadi sempit. Walaupun ada unsur kebudayaan yang dipraktekan dalam sebuah lingkungan, tetapi tidak semerta-merta masyarakat mengambil bagian. Kondisi ini terjadi terus menerus sehingga ada istilah ditengah keramaian justru hadir ketidakpedulian. 

Berbeda dengan di desa yang berisi komunitas yang sama. Interkasi sosial dan nilai-nilai kebudayaan menjadi bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun