Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dualisme itu Sudah dari Sononya

6 Maret 2021   03:29 Diperbarui: 6 Maret 2021   12:23 1237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Syahril-riil.blogspot.com

Perjalanan demokrasi selalu melahirkan peristiwa-peristiwa besar dari lingkungan terkecil hingga terbesar. Sebab, semenjak menganut sistem ini, kita selalu disuguhkan proses jalannya demokrasi yang akrobatik. 

Saya menyebutnya demikian karena ada begitu banyak aksi-aksi yang terjadi. Sebut saja yang sedang hangatnya sekarang, tentang kondisi yang menimpa Partai Demokrat.

Dilaksanakannya Kongres Luar Biasa (KLB) dengan terpilihnya Moeldoko sebagai Ketua Umum terlepas dari sah atau tidaknya kongres tersebut telah menegaskan bahwa di Partai Demokrat saat ini sudah ada dua kepempiminan atau dualisme.

Jika sudah begini, maka siapa yang kuat bermanuver akan menjadi yang terdepan menahkodai Partai. Apalagi jika Kemenkumham melegalisasi hasil KLB tersebut. Atau bisa dikata ada intervensi dari kekuasaan. Kondisi ini ujung-ujungnya akan berakhir di pengadilan.

Kondisi yang menimpah Partai Demokrat bukanlah hal baru di Indonesia. Sudah banyak partai yang bernasib sama. Ada yang terselamatkan ada yang harus kehilangan tapuk kepemimpinan. 

Kita sebut saja dari Partai Berkarya antara Kubu Tomy dan Kubu Muchdi. Selanjutnya Golkar dan PPP yang pecah kongsi karena dukungan politik pada Pilpres hingga berujung ke ISLA hingga Partai Hanura. dan ini terjadi hanya dalam waktu lima tahun belakangan. (1)

Bahkan jauh sebelum konflik diatas di tahun 1966 saja kita sudah mengalami dualisme kepemimpinan antara orde lama dan orde baru pada tahun 1966 atau antara Soekarno dam Soeharto (2)

Perpecahan yang melahirkan dualisme tersebut erat kaitannya dengan ranah kepentingan yang berawal dari kepemimpinan yang tidak mampu mengelolah konflik dalam sebuah komunitas.

Sehingga pada lingkungan ini, orang-orang berpengaruh akan saling bertarung agar bentuk kepentingannya dapat terealisasi. Pertarungan tersebut harus dilakukan dengan melahirkan konflik internal antara yang mempertahankan dan yang merebut.

Jika Konflik ini berhasil maka akan merembes ke konflik eksternal dan melibatkan berbagai macam kekuatan atau dalam istilahnya intervensi.

Kondisi-kondisi ini lumrah terjadi bahkan bukan hanya terjadi di ranah partai politik akan tetapi sudah mengakar kemana-mana. Dari organisasi kepemudaan hingga unit terkecil dari sebuah komunitas. Bahkan bukan hanya dualisme tetapi ada tigaisme dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun