Akhir Pekan, Yuk Kemping!

Tenda kemudian didirikan,saya sendiri sering bertugas membangun tenda lantaran banyak dari mereka belum pengalaman mendirikan tenda dengan terpal seadanya.

Sembari mendirikan tenda, yang lain mencari kayu bakar, menanak nasi, dan memancing untuk lauk. Setelah semua persiapan selesai. Sebagian besar dari kami ikut bergabung untuk memancing. Lokasi-lokasi favorit kami sasar. Biasanya dilaksanakan ketika air mulai pasang.

Makan Malam | dokpri

Ikan-ikan hasil pancing kemudian di bersihkan lalu di masak dan di makan beramai-ramai. Bagian memasak ini juga bagian saya, meracik bumbu ikan bakar. Saya tidak paham kenapa mereka begitu suka hasil racikan sambal colo-colo yang saya buat.

Masalah yang sering pada proses makan ialah kehabisan nasi atau air. Apalagi ketika jumlah yang kemping di atas 10 orang. Tak jarang kami harus menanak nasi dua kali dan membeli air ke kota melewati jalan-jalan sepi.

Konflik juga kadang muncul karena masalah-masalah sepele. Namun tak berlangsung lama karena cepat kami para senior atasi. Selain itu, perkara mistis menjadi perkara yang tak pernah lepas dari setiap kami kemping.

Penampakan, di lempar sampai di ganggu bermacam-macam. Dulu ketika awal-awal kemping, teman-teman perempuan sering kerasukan. Perkara yang bikin repot. 

Kalau sudah kerasukan kadang diliputi kelucuan oleh anak-anak. lantaran sok-soan berperan sebagai dukun. Interogasi pada orang yang kerasukan juga sering menjadi canda tawa. Itu kalau yang masuk ialah setan yang tak terlalu berbahaya. 

Paling berbahaya ialah ketika yang merasuki kuntilanak, ini auto panik. Tak ada main-main. Cara penyelesaiannya ialah dengan memanggil para orang tua di desa tersebut untuk datang mengobati. 

*

Dokpri. Hasil mancing saya

Sehabis makan adalah waktu terbaik kami menikmati malam selain mancing sambil menikmati sunset. Membuat api unggun, duduk melingkar sambil ngopi, serta bernyanyi. Tak jarang banyak yang mengeluarkan unek-unek. Tentang cinta, pekerjaan, hingga dan masa depan. Kadang yang mahasiswa akan melakukan diskusi kritis. 

Lagu demi lagu, gelas demi gelas  kopi sekaan menjadi obat setiap dari kami. Suasana seperti ini yang begitu kami rindukan. Tak ada hamdpone atau telponan. Hanya ada canda tawa dalam damai dan gelapnya malam.