"Bosan sih tapi gimana, Â redaksi seleranya begitu," Keluhnya.
"Aku ada saran. Kenapa tidak melakukan investigasi sumber ekonomi lain selain sektor rill," Tawarku
"Maksudnya," tanya ia kemudian.
" Prostitusi itu salah satu sumber ekonomi. Dan belakangan marak terjadi. Bahkan semakin di razia pun tak berarti menghentikan praktek tersebut. Kenapa tidak melakukan investigasi bisnis esek-esek ini," Usulku.
"Berarti narasumbernya pekerja seks dong?" Sahutnya.
"No, terlalu umum. Kenapa tidak anak muda. Anak SMA dan seumuran mereka. Apakah dunia itu melibatkan para remaja ini? jika ia kenapa? apa motifnya?, apa kau tidak curiga bahwa sesuatu yang diam selalu menyimpan misteri?" Jawabku.
" Wah mantap itu idenya. Besok saya usul ke dewan redaksi," Sahutnya penuh semangat.
Dua hari kemudian kami bertemu. Usulan diskusi kami di setujui. Dewan redaksi membentuk tim terdiri dari 5 orang. empat berasal dari internal dan saya satu-satunya berada di luar internal.
Investigasi dilakukan selama seminggu. Hasil investigasi kami membuat banyak mata kebalakan. DPR, pemerintah, LSM, dunia pendidikan, aktivis dan berbagai lembaga serta masyarakat.Â
Ramai-ramai membuat FGD. Seakan tertampar realita bahwa dunia prostitusi ternyata melibatkan anak muda yang sebagian besar (80 persen) siswi dan siswa aktif. Peran demi peran di mainkan mencoba memecahkan dasar mereka kesitu.
Dunia pendidikan dan pemerintahan lebih sial lagi. Di kritisi habis-habisan karena di anggap gagal membentuk karakter. Terhitung selama dua bulan hal ini di bahas, walaupun pada akhirnya tak ada perubahan yang signifikan.